Menyelisik Kekuatan Warga Jepang oleh Sang Doktor of Engineering, Muhammad Zulkifli Mochtar
Setelah lama bermukim di Jepang, ayah tiga anak ini memotret keunikan Jepang dari berbagai dimensi berbeda
Penulis: Siti Aminah | Editor: Waode Nurmin
Pekerja Jepang sangat serius menyiapkan meeting, mulai dari file pendukung hingga kesiapan peserta rapat. Maka jangan heran jika ada rapat tas mereka terlihat penuh dan berat oleh dokumen.
Namun baginya, ini bukanlah efek DNA maupun ras seseorang, melainkan tanggung jawab, kebiasaan dan rasa memiliki yang berdampak pada hal positif.
- Bagaimana dengan jam kerja mereka, apakah sama dengan pekerja di Indonesia?
Usulan empat hari kerja dalam sepekan muncul di Jepang, perusahaan boleh mengizinkan staf untuk bekerja empat hari dari lima hari masa kerja, tujuannya agar mereka bisa menyeimbangkan kehidupan pribadi (keluarga) dan kerjaan.
Dengan masa kerja tersebut diyakini membuat anak muda lebih banyak bersama, menikah, dan memiliki anak.
Total jam kerja dalam setahun mencapai 1.598 jam dengan 16 hari libur nasional. Tepat pada pukul 6 semua fasilitas perusahaan sudah disetel otomatis agar tak lagi digunakan atau tanda masa kerja telah berakhir.
- Apa kunci dari budaya tertib yang dijalankan masyarakat Jepang?
Saya memilah jadi tiga kekuatan, yakni keteraturan sistem, pendidikan sekolah dan keunggulan budaya.
- Apa contoh nyata dari keteraturan sistem yang dijalankan oleh mereka?
Seorang masinis di Jepang mendadak sakit perut saat mengoperasikan kereta.
Sang masinis ingin ke toilet dan meminta tolong ke konduktor tetapi konduktor yang ada saat itu tidak berlisensi.
Secara prosedural, jika tiba-tiba sakit dan harus ke toilet sang masinis harus digantikan oleh masinis yang berlisensi, jika tidak ada masinis harus menyampaikan ke divisi kontrol pusat.
Pihak manajemen menyampaikan kekecewaannya dengan tindakan masinis, itu dianggap tidak disiplin dan yang bersangkutan harus meminta maaf meskipun tidak ada kejadian yang terjadi.
Secara umum warga negeri sakura ini sangat terobsesi dengan prosedural dan juga punctuality.
- Bagaimana sistem pendidikan dan pola asuh warga Jepang?
Minta maaf adalah budaya di Jepang, alasan kesalahan itu nomor dua. Permintaan maaf juga dibarengi dengan membungkukkan badan, kebiasaan hidup disiplin dicontohkan saat anak berusia belia, anak-anak diajarkan untuk membudayakan kebiasaan positif masyarakat di sana.