Opini
Leadership dan Transformasi Budaya
Terkini, Presiden Joko Widodo telah secara resmi meluncurkan Core Values “Ber- AKHLAK” bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Kun Wahyu Wardana
Direktur Kepatuhan SDM dan Manajemen Risiko PT Asuransi Kredit Indonesia
WHEN you get your culture right, everything else follows.
Demikian Korn Ferry mendeskripsikan secara lugas betapa pentingnya budaya dalam menggerakkan suatu organisasi.
Soal berikutnya adalah menjawab culture right seperti apa yang dimaksudkan?
Bagaimana budaya mampu menyelaraskan maksud, strategi dan tujuan bisnis, memperkuat engagement pegawai, dan meningkatkan nilai organisasi?.
Ikhtiar untuk menginternalisasi nilai-nilai budaya "AKHLAK" terus bergulir.
Semula dicanangkan di lingkungan Kementerian BUMN dengan Surat Edaran SE-7/MBU/07/2020 tanggal 01 Juli 2020, tentang Nilai-nilai Utama (Core Values) Sumber Daya Manusia Badan Usaha Milik Negara.
Terkini, Presiden Joko Widodo telah secara resmi meluncurkan Core Values “Ber- AKHLAK” bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).
Peluncuran core values ini bertujuan untuk menyeragamkan nilai-nilai bagi seluruh ASN di Indonesia.
Meski "AKHLAK" merupakan akronim dari Amanah atau Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif dan Kolaboratif, tak dinafikan akronim tersebut memberikan nuansa spiritual sebagai perilaku yang merefleksikan nilai-nilai yang lahir dari keyakinan (belief system).
Internalisasi core values AKHLAK ini mengingatkan kita studi Dr Gay Hendricks dan Dr Kate Ludeman yang diungkapkannya dalam buku The Corporate Mystic (1999).
Hendricks dan Ludeman menyatakan bahwa dalam era pasar global, kita akan menemukan orang-orang suci, mistikus, atau sufi di perusahaan bukan hanya di tempat ibadah keagamaan.
Mereka disebut mistikus korporat yang menjalani hidup dari suatu basis spiritual, dan menerapkannya dalam dunia bisnis.
Mereka terlibat dalam suatu bisnis dengan hati dan jiwa mereka sebagaimana investasi yang mereka gelontorkan.