Inspirasi Ramadhan 2022 Hamdan Juhannis
Indra Keberagamaan 28: Pukulan Telak Prof Irawan Yusuf
Sejak covid, baru pertama kali bertemu dengannya. Terakhir, waktu Dokter Terawan berkunjung ke kampus kami membawakan kuliah tamu
Dalam hati saya, cara menjawabProf Irawan Yusuf menunjukkan dirinya sebagai ilmuwan bijak.
Lalu saya bertanya, ada contoh Pak Prof?
Beliau mulai mengulas salah satu celoteh saya, saat berceramah pada Bagian Dokter Penyakit Dalam.
Saya cerita strategi membuat jamaah menyimpan HP yang dipegang di tangannya.
Menurut Prof Irawan Yusuf, sebagai pembaca serius, dirinya menunggu ulasan fenomena mengapa manusia susah sekali melepaskan HP dari dirinya, ketimbang memainkan kata-kata populer yang sebenarnya membutuhkan penjelasan lebih jauh.
Lalu saya terdiam sambil saya terus menyimak beliau.
Menurut Prof Irawan Yusuf, HP di tangan manusia itu adalah fenomena, bukan lagi sebagai alat elektronik yang didalamnya berisi aplikasi.
HP itu sudah menjadi bagian dari diri manusia, atau bahkan menjadi jati diri manusia. Hp itu sudah menjadi "body and soul" manusia.
Sikap manusia untuk tidak melepaskan HP itu ibarat menggengam dirinya.
Saat secara refleks mengecek HP sama dengan mengecek dirinya.
Perangkat dalam HP itu bukan lagi cip dan semacamnya, tetapi otak manusia ada di situ, nadinya di sana, urusannya ada di sana.
HP adalah prioritas hidup itu sendiri.
Lalu Prof Irawan Yusuf berefleksi, jika seseorang itu suami, mengapa bukan istrinya yang disikapi seperti HP?
Saya menyela, "Bukankah di HP itu ada istri yang berwujud dalam bentuk nomor HP dan photo-photonya?"
Prof Irawan Yusuf memotong saya, betul tapi seberapa sering mengecek yang terkait dengan istrinya.