Pentingnya Moderasi Beragama & Menghargai Perbedaan
Pada ayat ini akan ditemukan tiga hal. Pertama yaitu umatan. Al Quran di sini tidak mengatakan agama, tapi mengatakan umat.
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Syiar Ramadan Kalla Grup episode 20 hadir dengan tema Moderasi Beragama Pererat Keutuhan NKRI.
Program ini disiarkan langsung di kanal You Tube dan Facebook Tribun Timur, Jumat (22/4/2022).
Syiar Ramadan dipandu oleh host, Kinan Aulia. Hadir sebagai narasumber, Dai Cendekiawan Alumni Timur Tengah, Sabaruddin LC.
Sabaruddin menjelaskan, agama datang kepada manusia untuk mengangkat harkat dan martabat manusia.
Sebab, makhluk paling sempurna ciptaan-Nya adalah manusia.
Dalam Al Quran Allah berfirman, bahwa Allah menciptakan manusia sebaik-baik ciptaan. Manusia dibekali akal untuk berpikir dan diturunkan firman Allah sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan.
Bahwa dengan perkembangan zaman, manusia akan berkembang. Ada yang lahir dan ada juga meninggal dunia.
Khusus untuk konteks Indonesia. Indonesia adalah negara yang majemuk, agama berbeda-beda, suku berbeda-beda pula.
Maka mesti ada yang mempererat ikatan, dikenal dengan moderasi atau dalam agama dikenal dengan wasathiyah.
Jika melihat Al Quran sebuah ayat jadi landasan moderasi dalam beragama yaitu, wa kazaalika ja’alnaakum ummataw wasathol litakuunu syuhadaaa-a.
Pada ayat ini akan ditemukan tiga hal. Pertama yaitu umatan. Al Quran di sini tidak mengatakan agama, tapi mengatakan umat.
“Jadi konsep moderasi beragama yang harus diberikan pemahaman bukan agamanya, karena agama sudah mengajarkan moderasi. Namun, terkadang umat menjalankan ini ada terlalu ke kiri ada yang terlalu ke kanan. Makanya dibutuhkan konsep moderasi dalam menjalankan agama,” jelasnya.
Kedua, kata Sabaruddin, Al Quran menggunakan kata wa ja’alnaakum yaitu ja’ala.
Ja’ala ini beda dengan dengan khalaqa. Ja’ala adalah proses dilakukan manusia. Halaqah ini, ciptaan Allah yang telah didesain Allah tanpa intervensi manusia.
“Maka umat harus melakukan proses ketika ingin dapatkan moderasi beragama. Harus paham ilmunya, tidak mungkin mengatakan diri termasuk moderasi beragama, akan tetapi tidak memahami apa dimaksud moderasi beragama,” sambung pendidik Sekolah Islam Athirah ini.