Ngobrol Virtual
Apa Itu Puspaga dan Bacce? Program DP3A Cegah Stunting di Makassar
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) terus berupaya menurunkan angka stunting.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) terus berupaya menurunkan angka stunting.
Langkah DP3A untuk mengejar target penurunan angka stunting yakni dengan membuat program Pusat Pembelajaran Keluarga disingkat Puspaga.
Merupakan wadah pembelajaran untuk meningkatkan kualitas kehidupan menuju keluarga sejahtera.
Baca juga: Kadis P3A Achi Solemen Sebut Pernikahan Dini Picu Peningkatan Stunting di Makassar
Baca juga: Peran Kartini Masa Kini dalam Pencegahan Stunting
DP3A Makassar menyediakan tempat untuk Puspaga yang dinamai Bacce atau Balla' Amma' Caradde' atau rumah pintar perempuan.
"Jadi didalamnya itu ada wadah konsultasi bagi perempuan," ujar Kadis DP3A Makassar, Achi Solemen dalam Ngobrol Virtual Peran Kartini Masa Kini dalam Penurunan Stunting.
Ngobrol Virtual ditayangkan di YouTube Tribun Timur dan Fanpage Tribun Timur Berita Online Makassar, Jumat (22/4/2022).
Lewat Puspaga dan Bacce kata Achi, pihaknya melakukan edukasi dan sosialisasi pendekatan keluarga.
Jenis layanan Puspaga yang diterima DP3A seperti aduan adanya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak atau dalam keluarga.
Kemudian pola asuh terhadap anak, hingga penyuluhan calon pengantin terjadi pengasuhan anak.
Berdasarkan pengakuan banyak perempuan dan keluarga faktor ekonomi mempengaruhi pemberian kecukupan gizi bagi anak.
"Apalagi di masa pandemi memang banyak faktor yang menyebabakan bisa saja terjadi stunting di keluarga karena faktor ekonomi, itu juga berpengaruh dari segi kesehatan anak," ungkapnya.
Sehingga Pemkot Makassar terus berupaya untuk menggencarkan program recovery kesehatan bahwa 1000 hari pertama kelahiran bayi sudah harus diintervensi.
Serta 100 hari sebelum masa kehamilan harus diintervensi dari segi kesehatan gizi keluarga.
Disamping itu, ibu dua anak ini juga menyampaikan, penentuan kualitas keluarga harus dilakukan bersama-sama, baik oleh ibu maupun ayah serta anggota keluarga lainnya.
"Jadi memang disini harus terbagi peran bahwa kalau kita lihat dari segi kesetaraan gender, peran ayah dan ibu dalam membina hubungan keluarga penting," pungkasnya. (*)