Timor Leste
Sosok Ramos Horta, Calon Presiden Timor Leste yang Baru
Hasil pemungutan suara sementara menunjukkan, suara yang diraih Ramos Horta jauh lebih banyak dari pesaingnya.
TRIBUN-TIMUR.COM - Tokoh kemerdekaan Timor Leste yang juga peraih Nobel Perdamaian, Jose Ramos Horta, mendaklarsikan diri sebagai pemenang Pilpres Timor Leste, Kamis (21/4/2022).
Hasil pemungutan suara sementara menunjukkan, suara yang diraih Ramos Horta jauh lebih banyak dari pesaingnya.
Data administrasi pemilihan negara (STAE) menunjukkan Ramos-Horta mengamankan suara hingga 62% dalam pemungutan suara hari Selasa (19/4) lalu. Pesaingnya, presiden petahana Francisco Guterres, hanya sanggup mempertahankan 37% suara rakyatnya.
Ramos-Horta mengatakan dirinya akan bekerja untuk mendorong dialog dan persatuan di negara yang melepaskan diri dari Indonesia pada tahun 1998 tersebut.
"Saya telah menerima mandat ini dari rakyat kita, dari negara dalam demonstrasi besar-besaran atas komitmen rakyat kita terhadap demokrasi," kata Ramos Horta, seperti dikutip Reuters.
Sosok negarawan berusia 72 tahun ini merupakan salah satu tokoh politik paling populer di Timor Leste. Ia sebelumnya menjabat sebagai presiden dari 2007-2012, perdana menteri, dan menteri luar negeri.
Pada seremoni deklarasinya, Ramos-Horta mengatakan akan berupaya mengatasi ketidakstabilan politik negara yang didorong oleh perpecahan.
"Saya akan melakukan apa yang selalu saya lakukan sepanjang hidup saya, saya akan melakukan dialog dengan sabar, tanpa henti, demi menemukan titik temu atas tantangan yang dihadapi negara ini," lanjutnya.
Ramos-Horta juga menyebut sudah menerima undangan dari kantor presiden untuk membahas penyerahan kekuasaan. Namun, dirinya mengaku belum berbicara dengan Presiden Guterres yang menjadi rivalnya.
Salah satu harapan Ramos Horta sebagai presiden adalah membawa Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN ke-11 tahun ini, atau paling lambat tahun depan. Timor Leste saat ini berstatus sebagai pengamat di organisasi negara-negara Asia Tenggara tersebut.
Presiden Timor Leste terpilih akan dilantik pada 20 Mei mendatang, bertepatan dengan ulang tahun kedua puluh pemulihan kemerdekaan negara itu.
Sosok Ramos Horta
Ramos Horta maju sebagai Capres Timor Leste melalui dukungan CNRT, partai politik yang dipimpin Xanana Gusmao.
Kabar dukungan ini disampakan saat Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Leste (CRNT), pada konferensinya pada hari Minggu 23 Januari 2022.
"Kami yakin Ramos-Horta akan memenangkan pemilihan umum, bukan karena siapa Ramos-Horta sebagai figur tetapi karena dukungan dari rakyat," kata anggota partai CNRT, Fransisco Dos Santos, kepada Reuters.
Lantas siapa sebenarnya Ramos Horta?
Berikut sedikit Informasi mengenai sosok Ramos Horta seperti Media Kupang Lansir dari berbagai sumber.
Sosok mantan presiden negara Timor Timur yang mungkin lebih dikenal dengan Timor Leste ini bernama lengkap Jose Manuel Ramos-Horta.
Horta sebelumnya berposisi sebagai Perdana Menteri pada tahun 2006.
Ia menjabat selama 4 tahun setelah Timor Leste menyatakan kemerdekaan dari wilayah Indonesia.
Timor Timur secara sah diakui oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) berdiri sebagai sebuah negara dengan kesatuan dan kedaulatan yang independen pada Mei 2002.
Dalam perjuangan kemerdekaan Timor Timur, Ramos-Horta diakui sebagai salah satu tokoh yang paling berpengaruh berkat langkah-langkah diplomatis yang dilakukannya.
Pada tahun 1996 pria yang lahir di Dili pada 26 Desember 1949 ini mendapatkan penghargaan Nobel perdamaian bersama seorang uskup bernama Carlos Felipe Ximenes Belo.
Sebagai seorang tokoh reformasi Timor Timur, Ramos-Horta mengalami berbagai tantangan, kecaman, bahkan ancaman pembunuhan.
Namun semua itu tidak membuatnya lantas menyerah untuk memperjuangkan negaranya.
Pada 1970 Ramos-Horta sempat dideportasi dari tanah kelahirannya di Dili oleh pihak Portugis yang kala itu masih memiliki kuasa di Timor akibat keterlibatannya dalam gerakan kemerdekaan Timor Timur.
Selama masa pengasingan itu Ramos-Horta menetap dan menjalani hidupnya di beberapa negara seperti Belanda, Perancis dan Inggris.
Ramos Horta memanfaatkan masa pembuangannya itu sebagai kesempatan untuk menuntut ilmu di berbagai universitas maupun institut.
Pada 1983 Ramos Horta menjalani masa studinya tentang hukum internasional di The Hague Academy of International Law di Belanda.
Selain itu di tahun yang sama Ramos Horta juga tercatat sebagai mahasiswa di International Institute of Human Rights di Strasbourg, Perancis. Setahun setelahnya ia berhasil meraih gelar master dalam bidang studi diplomasi perdamaian dari Antioch University di Amerika Serikat.
Hal tersebut merupakan hasil dari kerja keras dan kegigihan Horta dalam meraih pendidikan yang berguna baginya untuk memperjuangkan keyakinannya terhadap pembebasan Timor Leste.
Tahun 1975 hingga 1979 menjadi saat-saat yang paling menyedihkan bagi masyarakat Timor Leste kala itu, tak terkecuali Ramos Horta.
Ketika itu, kurang lebih 100.000 jiwa menjadi korban perang gerilya yang terjadi antara gerakan kemerdekaan Timor Timur dan tentara Indonesia.
Memang saat itu persengketaan dan isu-isu diskriminasi sempat beredar di masyarakat sehingga timbul berbagai wacana yang mengarah kepada pemisahan wilayah Timor menjadi sebuah negara tersendiri.
Setelah dinyatakan merdeka oleh PBB, Xanana Gusmao tampil sebagai presiden pertama Timor Timur, sedangkan Ramos Horta ditunjuk sebagai menlu. Pada 2006, Horta memegang jabatan sebagai Perdana Menteri, menggantikan Mari Alkatiri.
Hanya setahun berlangsung, Ramos Horta berhasil mendapatkan tempat di hati masyarakat Timor Timur dan berhasil memenangkan pemilihan umum sebagai presiden hingga 20 Mei 2012 yang kemudian digantikan oleh Taur Matan Ruak.
Kini mantan Presiden Timor Leste ini akan kembali maju sebagai calon presiden Timor Leste.(*)