Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kekerasan Remaja Marak Terjadi, Pakar Sosiologi: Hasrat dan Bakat Tidak Terakomodir di Ruang Publik

Aksi tersebut direkam salah satu pengendara yang sempat ditahan oleh sekelompok remaja tersebut. 

Editor: Saldy Irawan
DOK PRIBADI
Dosen Departemen Sosiologi Unhas, Dr Sawedi Muhammad 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Beberapa hari lalu, warga Kabupaten Gowa dihebohkan dengan aksi sejumlah pemuda menghadang dan meneror pengendara jalan. 


Aksi tersebut direkam salah satu pengendara yang sempat ditahan oleh sekelompok remaja tersebut. 


Melihat kondisi tersebut, Pakar Sosiologi Unhas Dr Sawedi Muhammad memaparkan beberapa penyebabnya. 


Baginya perilaku anarkis anak-anak muda dapat dijelaskan dari berbagai perspektif.


Pertama, dampak pandemi Covid-19 selama 2 tahun ini sudah semakin meluas dan hampir tak terkendali.


Dampaknya bukan hanya korban jiwa, tetapi hingga kehidupan masyarakat


"kemiskinan bertambah parah, pengangguran, keresahan sosial dan kenakalan remaja," ujar Dr Sawedi Muhammad kepada Tribun-Timur.com, Kamis (19/4/2022) 


"Walaupun berbagai program pemerintah telah digelontorkan, pandemi tetap saja membawa penderitaan berkepanjangan di semua lapisan kehidupan," Lanjutnya. 


Faktor berikutnya ialah pemerintah gagal memberi prioritas khusus untuk membina anak-anak muda. 


"Hampir tidak ditemukan program edukatif atau intervensi sosial dari pemerintah dalam membina anak-anak muda baik di masa pandemi maupun sebelum pandemi,"


"Isu kepemudaan dianggap sebagai isu periperal dan jauh dari program prioritas,"


Selanjutnya, Dr Sawedi menilai kenakalan remaja  terjadi karena penyaluran berbagai macam gejolak, hasrat dan bakat mereka tidak terakomodir di ruang publik.


Di Kabupaten Gowa maupun Makassar, hampir tidak ditemukan ruang publik yang nyaman, bebas dan lapang bagi anak-anak muda.


Padahal itu dibutuhkan untuk sekedar nongkrong, bergaul dan berkreativitas. 


"Mereka dalam jumlah terbatas terpaksa nongkrong di cafe, warkop atau tempat berbayar lainnya seperti mall dan hotel," ucap Dr Sawedi Muhammad


"Mereka yang tidak sanggup untuk nongkrong di cafe dan warkop terpaksa menyalurkan kegalauan, kegelisahan dan frustrasinya di jalanan dengan melakukan tindakan kekerasan," lanjutnya. 


Karena kurangnya ruang publik, maka kebanyakan snergi anak-anak muda ini terpaksa dihabiskan untuk hal yang negatif. 


Dr Sawedi menilai fenomena kekerasan dijalan harusnya telah menjadi alarm bagi pemerintah. 


Menurutnya pemerintah telah melakukan kekeliruan dalam membangun kota. 


Sebab, pembangunan lebih banyak memprioritaskan hal fisik ketimbang pembangunan manusia. 


"Kini, perencanaan pembangunan dilakukan secara formalistik dan perumusan program prioritas dulakukan secara tertutup dan eksklusif, "jelas Dr Sawedi Muhammad


Kedepan, diperlukan pembangunan yang melibatkan kelompok pemuda untuk didengarkan kebutuhannya. 


Sehingga, arah pembangunan bisa berjalan selaras antara hal fisik dan pengembangan manusianya. 

 


Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, Faqih Imtiyaaz

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved