Opini Tribun Timur
Ramadan dan Pembuktian Cinta Hakiki
Suasana Ramadan tahun ini sedikit berbeda dari tahun sebelumnya, walau pandemi belum sepenuhnya beranjak dari negeri tercinta.
Hal ini sejalan dengan apa yang termaktub dalam QS. Al-Baqoroh: 183, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Tentu hal ini linier dengan apa yang telah dijanjikan oleh Allah Swt. bagi orang-orang yang berpuasa dengan benar yakni surga al-Rayyan.
Puasa adalah salah satu ibadah khusus di bulan Ramadan yang hukumnya wajib. Ada pula ibadah-ibadah lainnya, semisal salat tarawih dan zakat fitrah.
Semua ibadah yang dilakukan di bulan Ramadan, didorong oleh kecintaan hamba atas semua syariat-Nya.
Terlebih banyaknya keutamaan di bulan mulia ini. Salah satunya bulan diturunkannya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia.
Cinta Perlu Bukti
Segala hal perlu pembuktian termasuk kecintaan manusia terhadap Rabb-nya. Manusia dengan segala keterbatasan dan kelemahannya sebagai hamba, membutuhkan petunjuk agar tidak tersesat.
Itulah yang disebut syariat atau hukum syarak yang bersumber dari dalil-dalil yang pasti. Salah satunya adalah Al-Qur’an.
Itu pula yang menyebabkan Ramadan diberi istilah Syahrul Qur’an (bulan Al-Qur’an).
Jika dicermati ritual Ramadan dari tahun ke tahun, belum memberikan efek yang signifikan pada bulan-bulan setelahnya.
Terbukti, masih banyaknya pelanggaran hukum syariat dalam segala lini kehidupan. Seolah ketakwaan itu hanya pada bulan Ramadan.
Padahal, pembuktian cinta kepada Sang Pencipta dibutuhkan setiap saat.
Lihatlah kehidupan saat ini serasa begitu jauh dari tuntunan syariat-Nya. Misal, masih banyaknya transaksi ribawi dalam muamalah-muamalah.
Banyaknya penipuan, korupsi menggurita, kriminalitas di mana-mana, dan segudang permasalahan masih menggelayut seakan tak berujung.
Pun terkait berbagai program moderasi beragama di hampir semua sektor kehidupan.