Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Ramadhan: Bulan Seribu Bulan

Gelombang rindu kembali mengalun kalbu dan getarkan cinta pada Allah Sang Pencipta.

Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Ramadhan: Bulan Seribu Bulan
Dr Ahmad AC
Dr Ahmad AC, Dosen Pascasarjana Unismuh & Mubalig

Oleh: Dr Ahmad AC

Dosen Pascasarjana Unismuh & Mubalig

Ramadhan 1443 Hijriah telah tiba. Tidak terasa siklus tahunan ini terulang.

Gelombang rindu kembali mengalun kalbu dan getarkan cinta pada Allah Sang Pencipta.

Manusia beriman dengan berbagai kesibukan dan profesi, terpanggil untuk kembali pada jati dirinya.

Bercermin pada kaca kehidupan yang terkadang menyeretnya menjauh dari fitrah kemanusiaan.

Membuang dosa maksiat yang dengan sadar dilakukan dan merugikan ; diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Bagai oase di tengah padang pasir, bulan Ramadhan menyiapkan air penghapus dahaga jiwa.

Bagi orang-orang yang sibuk berpencar mengejar materi dunia, Ramadhan menjadi pentas untuk berbagi dan peduli pada sesama.

Puasa Ramadhan adalah rukun Islam ketiga yang disyariatkan pada tahun kedua hijriah setelah Rasulullah Muhammad SAW bermukim di Madinah.

Sebelumnya, Rasulullah hanya berpuasa Asyura, mengikuti kebiasaan para nabi dan ummat terdahulu. Setelah turunnya firman Allah (QS Al-Baqarah : 183) yang artinya : “Hai sekalian orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”, maka Rasul Muhammad SAW melaksanakan ibadah puasa Ramadhan sebulan penuh, sebagai ibadah wajib bagi ummat Islam.

Sebagai ritual ibadah wajib, maka syarat syahnya puasa seseorang harus berkomitmen melakukan hal-hal berikut ; niat yang ichlas karena Allah semata.

Tidak makan, tidak minum dan tidak berhubungan sex di siang hari, tidak menceritakan aib orang lain, tidak boleh marah dan berkata-kata kasar, tidak boleh berbohong dan mengambil hak orang lain.

Komitmen berpuasa di atas, harus diikuti dengan ibadah sunnah lainnya agar kualitas puasa meningkat.

Misalnya ; melaksanakan sholat jamaah dan tarwih pada malam hari, memberi perbukaan bagi ummat dan faqir miskin, membaca al-quran dan dzikir, bagi yang mampu agar mengeluarkan zakat harta, infaq dan shadaqah serta meluangkan waktu mendengar ceramah dan kajian agama.

Dengan melaksanakan kewajiban puasa dan anjuran sunnah tersebut, maka kualitas puasa seseorang akan membuatnya menjadi pemenang dalam bulan suci Ramadhan dan timbangan amalnya akan berlipat ganda melebihi ibadah wajib dan sunnah pada bulan-bulan lainnya.

Inilah doktrin keimanan tentang Ibadah Puasa Ramadhan yang selalu menjadi magnet dan harapan para perindu syurga dan ummat Islam pada umumnya.

Hikmah dan Harapan Berpuasa

Setiap kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada manusia melalui Nabi dan Rasul-Nya, diyakini mempunyai hikmah yang tersembunyi (blessing indisgues).

Ritual puasa Ramadhan selama sebulan penuh tentu dirasakan berat bagi orang yang kurang beriman.

Namun sebenarnya mengandung hikmah dan manfaat besar bagi diri manusia itu sendiri.

Para ulama dan ahli kedokteran banyak membahas manfaat puasa bagi kesehatan jiwa dan raga manusia.

Ulama terkenal Dr. Yusuf Al-Qardlawi dalam bukunya Fiqhusyiyam (Taisirul Fiqhi) yang diterjemahkan oleh Dr. Nabilah Lubis, MA berjudul Fiqhi Puasa (1997).

Menjelaskan hikmah puasa antara lain ; (a) Sarana pensucian jiwa, maksudnya manusia rela meninggalkan kebiasaan kesehariannya demi mematuhi larangan Allah, (b) Mempertinggi aspek spiritual dan meredam sifat materialistik.

(C) Sarana untuk memperkokoh tekad dan percaya diri, karena berpuasa hanya diketahui diri sendiri dan Allah, (d) Meredam naluri seksual agar manusia tidak dikendalikan nafsu syahwat yang berlebihan dan menyalurkannya pada tempat dan waktu yang dihalalkan.

Hikmah puasa lainnya adalah ; Meningkatkan rasa syukur kepada Tuhan, karena kenikmatan yang berlimpah hanya akan terasa nikmat jika kita merasakan ujian dan cobaan mendapatkannya.

Meningkatkan rasa solidaritas sosial dan kebersamaan; Menjadi manusia berkualitas dan bertaqwa, karena selalu berusaha mematuhi perintah dan larangan Allah SWT.

Selain hikmah tersebut di atas, harapan terbesar ummat Islam dalam melaksanakan puasa Ramadhan adalah mendapatkan berkah malam Lailatul Qadar.

Yakni suatu malam keberkahan yang nilainya lebih baik dari seribu bulan atau setara 83 tahun. “Lailatul qadri khairum min alfisyahrin” (QS Al-Qadr : 3).

Malam Lailatul Qadar hanya turun di bulan Ramadhan pada malam-malam ganjil, sepuluh hari terakhir.

Hadist Riwayat An – Nasai No. 2016 menyebutkan : “Di dalam bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Siapa yang tidak mendapati malam tersebut, maka ia akan diharamkan mendapatkan kebaikan”.

Karena malam itu; pahala dilipatgandakan dan segala urusan dan peraturan akan ditentukan Allah SWT sampai tahun berikutnya.

Maka mari berpuasa dengan penuh keichlasan dan perjuangan, agar meraih berkah Ramadhan. Salah satunya adalah Malam Lailatul Qadar atau Bulan Seribu Bulan!(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved