Perjuangan Umat Muslim Ukraina Untuk Tetap Puasa Ramadhan 2022, Sepotong Roti Harus Dibagi-bagi
Mereka malah berencana menggunakan bulan suci ini sebagai 'ladang amal' untuk mengumpulkan uang demi mendukung mereka yang membutuhkan.
Kendati demikian, mereka bertekad untuk memanfaatkan periode perayaan pada tahun ini dengan sebaik-baiknya.
"Kita harus siap melakukan yang terbaik untuk mendapatkan pengampunan Tuhan, berdoa untuk keluarga kita, jiwa kita, negara kita, Ukraina," kata Mamutova, yang memiliki suami seorang imam masjid.
'Kami akan membagikan roti kami'
Sebagai Tatar Krimea, Mamutova telah mengungsi sebelumnya, saat Rusia mencaplok semenanjung selatan Krimea pada 2014 lalu, ia dan keluarganya terpaksa mengungsi ke Zaporizhzhia.
"Saat kami tinggal di Krimea, kami tidak pernah berpikir bahwa kami harus pergi.
Komunitas kami dideportasi sebelumnya oleh pemimpin Soviet Joseph Stalin dan kakek nenek serta orang tua saya selalu bermimpi untuk kembali," jelas Mamutova.
Ia pun menyampaikan kisahnya yang berulang kali harus meninggalkan tanah kelahirannya karena ulah Rusia.
"Saat saya berusia 2 tahun, pada 1988, kami kembali (ke Ukraina).
Namun kemudian Rusia menduduki Krimea pada 2014 dan kami mengerti bahwa kami tidak dapat melanjutkan kegiatan keagamaan kami, jadi kami pergi kembali.
Dan sekarang saya juga telah meninggalkan rumah saya lagi," tegas Mamutova.
Pada 1944, lebih dari 191.000 Tatar Krimea dideportasi atas perintah Stalin, sebagian besar ke Uzbekistan modern.
Mamutova mengaku bahwa ia harus mengubah banyak rencananya untuk Ramadan tahun ini, termasuk terkait tugasnya memberikan pelajaran agama, beberapa kegiatan akan dipindahkan secara online.
Namun ia menegaskan akan terus berupaya untuk memberi makanan kepada para tunawisma.
"Di Zaporizhzhia, komunitas Muslim beragam. Ada banyak kebangsaan yang berbeda dan semua akan menyiapkan hidangan nasional mereka.
Misalkan hari ini kami akan makan biryani India, mantsev Palestina atau plov Uzbekistan lainnya.