Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pawang Hujan

Pendeta Gilbert Lumoindong Soal Pawang Hujan di Mandalika: Setan Tak Pernah Kerja Gratis

Pendeta Gilbert menyebut ada penjilat-penjilat politik yang menyebut bahwa aksi pawang hujan adalah benar dan merupakan kearifan lokal.

Editor: Muh. Irham
ist
Pendeta Gilbert Lumoindong 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pendeta Gilbert Lumoindong angkat bicara mengenai fenomena pawang hujan saat balapan di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu.

Dalam sebuh video pendek yang beredar di media sosial, Pendeta Gilbert menyebut ada penjilat-penjilat politik yang menyebut bahwa aksi pawang hujan adalah benar dan merupakan kearifan lokal.

"Jujur pada dirimu sendiri, pakai akal sehat. Kalau begitu, tutup semua rumah sakit, karena kearifan lokal kita daru dulu adalah dukun," katanya.

Gilbert menambahkan, sebelumya para ustaz, kiyai, dan pendeta telah mengingatkan kepada setiap orang untuk berdoa atau pergi ke ahlinya sambil berdoa dan bukan meminta tolong dengan mantera-mantera atau tenungan tenungan.

"Roh-roh kegelapan seerti ini ada karena kita semua percaya. that developer never work for free setan (setan itu tidak pernah kerja gratis). Saya mengetuk hati Menteri BUMN yang terhormat seorang yang sangat berprestasi bapak Erick Thohir. Masa kapasitas seperti bapak masih percaya pada dukun-dukun. Masih percaya pada paranormal-paranormal, klenik-klenik seperti itu. Sungguh sangat memalukan Pak," katanya.

Aksi Pawang Hujan

Saat balapan MotoGP di Sirkuit Internasional Mandalika, sosok Rara Istiati Wualandari jadi sorotan tak hanya di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia yang menyaksikan balapan tersebut.

Sebelum balapan MotoGP dimulai, Rara Istiati Wulandari tampil di arena balapan sambil membaca mantera-mantera dan membawa cawan emas.

Rara diizinkan masuk ke arena balapan sebagai pawang hujan untuk menghalau hujan yang mengguyur Mandalika saat itu.

Aksi Rara ini langsung menjadi perhatian penonton dan langsung viral di media sosial.

Selama bertugas sebagai seorang pawang hujan, Rara mengaku mendapat bayaran Rp5 juta per harinya.

Namun jika ia gagal dalam menjalankan misinya, Rara hanya mengantongi 50 persen dari upahnya.

"Saya dibayar Rp5 juta sehari,” kata Rara kepada Kompas TV, Minggu (20/3/2022) kemarin.

Selama menjadi pawang hujan dalam MotoGP Indonesia di Sirkuit Mandalika, Rara dikontrak selama 21 hari sejak 1 Maret.

Jika dihitung, ia tak kurang mendapatkan bayaran mencapai Rp105 juta.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved