Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Klakson

Senior

Di kampung-kampung, suku kata "senior" tak populer sejak zaman Hindia Belanda hingga zaman virus keji seperti saat ini.

Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Senior
abdul karim
Abdul Karim, Majelis Demokrasi & Humaniora

Oleh: Abdul Karim

Majelis Demokrasi dan Humaniora

Di kampung-kampung, suku kata "senior" tak populer sejak zaman Hindia Belanda hingga zaman virus keji seperti saat ini.

Tetapi orang-orang kampung yang hijrah ke kota--hijrah karena sekolah atau karena bekerja--begitu familiar dengan suku kata "senior" itu.

Barangkali kata "senior" memang bukan untuk bibir kampung, tetapi pas untuk lidah-lidah kota.

"Senior" memang bersemayam di kota, bukan di kampung pelosok.

Terutama di kalangan mahasiswa atau organisasi kemahasiswaan, kata "senior" tampak sebagai bahasa pasar.

Rumah "senior" adalah kampus/perguruan tinggi.

Kata itu tak pernah terlerai dengan kampus siapapun menteri pendidikannya, siapapun rektornya.

Dari sanalah kata "senior" ditumbuhkan.

Ia senantiasa dibibit dibibir-bibir manis mahasiswa

. Lalu, keluar merambat ke hampir seluruh organisasi kepemudaan.

Di beberapa institusi luar kampus memang kadangkala "senior" terdengar, tetapi ia bukanlah percakapan hari-hari.

Berbeda dengan kampus, kata "senior" menjadi kata wajib saat berinteraksi.

Lantas keluar kampus bercengkrama dengan siapa saja.

Mungkin karena itulah, kata "senior" tak punah-punah. Ia selalu ada dengan guna yang berbeda berdasarkan konteks sosiologis yang ada.

Barangkali faktor sosiologis itupulalah yang menyebabkan mengapa kata "senior" ini panjang nyawa.

Ia tak peduli, entah itu zaman otoriter, entah itu era demokratis, kata "senior" tetaplah hadir.

Ia tak pilih-pilih rezim. Mau rezim alim mau rezim dzolim selalu saja ia hadir.

Tetapi kehadiran "senior" tak ada arti tanpa "yunior".

"Senior" cukup penting bagi "yunior", dan "yunior" cukup berharga bagi sang "senior".

Saling memerlukan, saling membutuhkan. Disitu terasa ada nuansa demokratis. Tetapi pada kenyataannya relasi antara "senior" dan "yunior" tidaklah setara.

Pola relasi keduanya seringkali tak adil, padahal keduanya saling membutuhkan.

Selain tak adil, pola relasi keduanya juga subordinatif-hegemonik-instruktif. "Yunior" tetaplah dibawah, "senior" senantiasa diatas.

Kalangan "senior" begitu gencar mempengaruhi kaum "junior".

Hegemony yang berlaku disini bukan hanya hegemony fisik.

Tetapi juga nalar, mental, hingga gaya argumentasi. Disinilah idelogisasi ditanam, doktrinasi disemaikan--termasuk idelologisasasi-doktrinasi tentang senioritas/seniorisme.

Bila keliru, ini berdampak negatif dan menjadi perangkap buruk bagi "yunior".

Dan saat masuk diperanggkap itu, sungguh rumit untuk terbebas.

Disinilah merebak "yunior" membela "senior" dalam berbagai hal (termasuk hal negatif-irrasional).

Inilah efek dari hegemony massif tadi. Akal sehat kaum "yunior" tak berfungsi, karena hegemony.

"Senior" adalah kebenaran kendatipun ia salah. "Senior" adalah kebaikan, walau ia sebenarnya keonaran.

Aspek hegemonik itu pulalah yang melahirkan gaya instruktif dalam pola relasi antara "senior"-"yunior". Sang "Senior" memerintah "yunior".

Lalu "yunior" patuh menjalankannya. Perintah yang meluncur dari bibir "senior" seolah dibungkus mantra penjinak hingga "yunior" taat seketika.

"Senior" bukan Tuhan tetapi ia ditaati hingga beberapa garis lapis kebawah.

Kala "senior" memerintahkan ke masjid, "yunior" beranjak kesana.

Bila "senior" menginstruksikan berbuat onar, tanpa fikir panjang "yunior" memeragakannya.

Bahkan panggilan "senior" lebih ditaati dibanding panggilan adzan di masjid yang berkumandang melalui Toa.

"Senior" adalah takdir, "yunior" adalah nasib. Tetapi, "senior-yunior" bagai sebuah kosmos.

"Senior" dilangit, "yunior" di bumi. Untuk kesuburan bumi, langit menjatuhkan hujan.

Maka untuk kesuburan "yunior", "senior" mengarahkannya, membimbingnya, atau membantunya untuk bekerja disebuah instansi atau medan pekerjaan--termasuk kerja-kerja tak terhormat dalam kacamata moral.

"Siaaap, ada perintah senior?".

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved