Hari Perempuan Sedunia
Diperingati Setiap 8 Maret, Berikut Sejarah Singkat Hari Perempuan Sedunia
Hari Perempuan Sedunia atau International Women's Day diperingati setiap tahunnya.
Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hari Perempuan Sedunia atau International Women's Day diperingati setiap tahunnya.
Peringatan hari perjuangan perempuan ini jatuh pada Selasa (8/3/2022).
Dilansir dari laman internationalwomensday.com, Hari Perempuan Sedunia atau International Women’s Day pertama kali diperingati pada tahun 1911.
Baca juga: Hari Perempuan Sedunia Diperingati Google Doodle, Ini Dia Sosok Pencetus Wanita Pertama
Tepatnya di Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss.
Seorang perempuan bernama Clara Zetkin merupakan pemimpin Kantor Perempuan untuk Partai Sosial Demokrat di Jerman, mengajukan gagasan tentang Hari Perempuan Sedunia.
Mereka menyerukan hak perempuan untuk bekerja, memegang jabatan publik, hak memilih, hak pendidikan, dan mengakhiri diskriminasi terhadap perempuan.
Selama puluhan tahun kebebasan berekspresi dikalangan perempuan sangat dibatasi.
Puncaknya pada tahun 1908, sebanyak 15.000 perempuan turun ke jalan untuk menuntut jam kerja yang lebih manusiawi, gaji yang lebih baik, dan hak suara untuk didengarkan.
Hingga akhirnya tahun 1913-1914, tanggal 8 Maret ditetapkan sebagai Hari Perempuan Sedunia.
Kemudian, pada tahun 1914, perempuan diseluruh Eropa mulai menunjukkan ekspresinya.
Mereka mengadakan rapat untuk menentang Perang Dunia I dan mengekspresikan solidaritas perempuan.
Kemudian di tahun 1975, Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pertama kalinya merayakan Hari Perempuan Sedunia.
Di Indonesia, tokoh perempuan dipelopori oleh semangat R A Kartini di tahun 1900 an.
Kartini dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita berkat perjuangannya keluar dari belenggu stigma dan aturan terhadap perempuan.
Tak hanya Kartini, beberapa tokoh lainnya seperti Cut Nyak Dien, Cut Meutia dan Dewi Sartika.
Kini, di tahun 2022 International Women's Day mengangkat tema #breakthebias
Melalui tema tersebut, aliansi perempuan sedunia mengajak semua orang untuk bebas dari bias, stereotip, dan diskriminasi.
Guna menciptakan dunia yang beragam, adil, dan inklusif.
Melalui penghargaan terhadap setiap perbedaan yang ada.