Sekolah Disegel di Jeneponto
Diduga Kepsek Sering Buat Aturan Sendiri, Guru SMPN 2 Bontoramba Jeneponto Tutup Sekolah
SMPN 2 Bontoramba, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel) sditutup
Penulis: Muh Rakib | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-JENEPONTO.COM - SMPN 2 Bontoramba, Kecamatan Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel) sditutup.
Sekolah tersebut ditutup oleh para guru-guru yang merupakan tenaga pendidik.
Kurang lebih ada 20 orang guru bekerjasama dan kompak menutup sekolah.
Penutupan sekolah dilakukan lantaran bentuk kekesalan guru ke kepala sekolah (Kepsek).
Seorang guru, Nurlaila Alyani Syahrir mengatakan bahwa kepala sekolah tersebut terlalu banyak mengeluarkan aturan tersendiri.
Kemudian aturan yang dikeluarkan dilanggar sendiri oleh pencetus aturan itu sendiri dalam hal ini kepala sekolah.
"Para guru dan pegawai merasa bahwa kepala sekolah ini membuat aturan dan melanggarnya sendiri sangat memberatkan guru dalam proses administrasinya," ujarnya saat ditemui di sekolah, Senin (7/3/2022) siang.
Selain itu, kepala sekolah juga diduga sering menimbulkan suatu perkataan atau tindakan yang pro dan kontra terhadap para guru.
"Dia juga sering mempersulit keadaan sekolah dan aksi yang membuat guru pro dan kontra," jelasnya.
Dari aturan itu yang tidak diterima oleh para guru sehingga ia protes dan menutup sekolah.
Bahkan ia meminta kepala sekolah tersebut dipindahkan atau diganti. Karena sudah tidak sejalan lagi dengan para guru yang mengajar di sekolah tersebut.
"Kami menolak Syarifuddin (kepala sekolah) sebagai kepala sekolah dan pengawas di SMPN 2 Bontoramba," katanya.
Sementara Kepala sekolah (Kepsek) Syarifuddin mengatakan memang ada aturan yang dia buat.
Bahkan sering dilanggar lantaran kesibukannya juga sebagai pengawas di luar wilayah Kecamatan Bontoramba.
Ia mengaku pernah tidak menindaklanjuti dan tidak menandatangani berkas salah seorang guru di sekolah.
"Memang pernah ia saya tidak tanda tangani usulan kenaikan pangkatnya guru di sini, kenapa saya tidak tanda tangan itu hari karena saya hanya disedorkan satu lembar kertas yang isinya seperti surat pengantar, untuk kenaikan pangkat," jelasnya.
"Jadi saya bertanya ke guru yang bersangkutan bahwa ini mana lampirannya yang diantar, dia bilang yah tidak ada, seperti itu kejadiannya, saya tidak bertanfa tangan karena tidak ada lampirannya," pungkasnya. (*)
Laporan Kontributor Tribun Jeneponto/Rakib