Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Perang Rusia Ukraina

Usai Telepon Putin, Presiden Perancis Minta Negara-negara Eropa Pertahankan Diri Sendiri, Maksudnya?

Presiden Macron menyebutkan Eropa harus lebih mandiri untuk pertahanannya sendiri

Editor: Ilham Arsyam
AFP/ALEXEI DRUZHININ
Presiden Rusia Vladimir Putin berpidato di negara tersebut terkait wabah koronavirus di kediaman Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2020. (AFP/Alexei Druzhinin/ SPUTNIK/AFP) 

"Kita tidak bisa bergantung pada yang lain untuk melindungi kita, entah di darat, di laut, di bawah laut, di udara, di luar angkasa atau di internet. Dalam hal ini, pertahanan Eropa harus maju satu langkah."

Ia menambahkan: "Perang di Eropa tidak lagi ada di buku sejarah, ini ada di sini, di depan mata. Demokrasi tidak lagi dianggap sebuah sistem yang tidak perlu ditanyakan, kini sistem ini dipertanyakan tepat di depan mata. Kebebasan kita, kebebasan anak-anak kecil kita, tidak lagi diberikan.

"Untuk pengembalian brutal kepada tragedi dalam sejarah, kita harus merespon dengan keputusan bersejarah."

Macon, yang bulan lalu telah bolak-balik antara Moskow dan Kyiv berupaya mencegah invasi Rusia dan gagal, menyalahkan perang ini di tangan Putin, mengatakan Eropa dan NATO "telah melakukan semuanya untuk mencegahnya."

"Presiden Putin memilih perang… sendiri, dengan cara yang disengaja dan dengan kembali pada keterlibatan yang dibuat untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perang ini bukanlah konflik antara NATO dan barat di satu sisi dan Rusia di sisi lain; tidak ada pasukan atau pangkalan NATO di Ukraina. Itu hanya kebohongan. Rusia tidak sedang diserang, itu adalah agresor,” katanya.

"Perang ini bahkan tidak lebih dari propaganda tanpa dasar yang memaksamu percaya, sebuah perang melawan Nazisme. Itu sebuah kebohongan; penghinaan pada sejarah Rusia dan Ukraina, kepada memori pendahulu yang telah berperang bersisian melawan Nazi. Pemimpin Rusia menyerang memori Holocaust di Ukraina seperti halnya mereka menyerang memori kejahatan Stalinisme di Rusia," tambah Macron.

Ia menuduh Putin memiliki "pembacaan revisionis dari sejarah Eropa yang ingin membawa kita kembali ke jam-jam gelap kekaisaran, serangan dan penghapusan massal."

Orang Kaya Rusia Disebut Mulai Tidak Senang dengan Putin

Orang-orang kaya Rusia pendukung Presiden Vladimir Putin diyakini mulai kesal dan lelah menghadapi sang pemimpin.

Apalagi mereka ikut terseret, ikut dirugikan oleh sanksi yang dijatuhkan sekutu Amerika kepada Rusia atas tindakan Putin yang perintahkan menyerang Ukraina.

Selain itu, Rusia juga gagal memenuhi target untuk menyelesaikan serangan ke Ukraina untuk 72 jam ke depan, yang sebelumnya diharapkan bisa terjadi.

Menurut Analisis Pertahanan, Profesor Michael Clarke, hal itu membuat Putin berpeluang dikhianati atau banyak yang tak mempedulikannya lagi.

“Banyak dari orang-orang bekuasa di lingkaran terdalam Putin kini menghadapi penghinaan, dikucilkan dari panggung dunia dan kekayaan besar mereka dalam bahaya serius,” tulisnya di The Sun.

“Setidaknya ada 200 oligarki yang menjadi kaya berkat Putin dan dari korupsi pendahulunya, tetapi mereka akan mulai mempertanyakan kesetiaan mereka,” tambahnya.

Clarke mengatakan para orang kaya ini mulai pergi meninggalkan Eropa jika kekayaan mereka akhirnya disita.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved