Perang Rusia Ukraina
Hasil Pembicaraan Putin dan Macron, Rusia Akan Lanjutkan Serangan, Prancis: Anda Salah Besar
Jutaan warga Ukraina mengungsi keluar dari negara tersebut. Selain itu, ratusan tentara dari kedua pihak, tewas setiap hari akibat perang.
Jumlah kematian warga sipil meningkat, dan di seluruh negeri, orang-orang berlindung di ruang bawah tanah dan terowongan.
Dikutip dari CNN, ada sekitar 15.000 orang tidur di kereta bawah tanah di Kyiv.
BBC juga mengumumkan pada hari Rabu bahwa mereka telah beralih ke siaran radio kuno untuk membuat orang Ukraina mendapat informasi tentang perang.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi mengatakan ada eksodus pengungsi besar-besaran.
"Hanya dalam tujuh hari kita telah menyaksikan eksodus satu juta pengungsi dari Ukraina ke negara-negara tetangga," ujarnya dalam sebuah cuitan.
Menurutnya, jumlah itu mencapai lebih dari 2 persen dari populasi Ukraina, meskipun beberapa dari mereka yang melarikan diri dari Ukraina adalah warga negara dari negara lain.
Badan PBB telah memperkirakan ada 4 juta orang yang pada akhirnya meninggalkan Ukraina.
Sementara, Layanan Darurat Ukraina mengatakan lebih dari 2.000 warga sipil telah tewas, meskipun tidak mungkin untuk memverifikasi klaim tersebut.
Kantor hak asasi manusia PBB mengatakan, telah mencatat kematian 136 warga sipil, termasuk 13 anak-anak, di Ukraina sejak dimulainya invasi pada 24 Februari.
Komisi Uni Eropa mengatakan pada Rabu, mereka akan memberikan izin tinggal sementara kepada pengungsi yang melarikan diri dari Ukraina.
Pihak Uni Eropa juga mempertimbangkan para pengungsi untuk belajar dan bekerja di blok 27 negara.
Namun langkah itu akan membutuhkan persetujuan dari negara-negara anggota lain yang telah menyatakan dukungan luas.
6. Dugaan Kejahatan Perang Rusia
Majelis Umum PBB pada Rabu memberikan suara untuk menuntut Rusia menghentikan serangannya di Ukraina dan menarik semua pasukan.
Keputusan itu memperoleh 141 suara banding 5, dengan 35 abstain.
Presiden AS Joe Biden mengatakan, pemungutan suara itu menunjukkan tingkat kemarahan global atas serangan mengerikan Rusia terhadap Ukraina.
Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional membuka penyelidikan pada hari Rabu atas kemungkinan kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan atau genosida di Ukraina, sejak 2013 dan meliput konflik saat ini.
Jaksa Karim Khan mengatakan, dia melakukannya setelah 39 negara anggota pengadilan meminta penyelidikan.
7. Dampak Sanksi Ekonomi pada Rusia
Akibat invasi yang dilakukannya, Rusia semakin terisolasi karena terkena sanksi ekonomi yang membuatnya di ambang kekacauan.
Juga, membuat negara itu tidak memiliki 'teman', selain China, Belarusia, dan beberapa negara lain.
Bank terkemuka Rusia Sberbank mengatakan pada hari Rabu bahwa pihaknya menarik diri dari pasar Eropa di tengah pengetatan sanksi Barat.
Bank mengatakan anak perusahaannya di Eropa menghadapi aliran dana yang tidak normal dan ancaman terhadap keselamatan karyawan.
Di Washington, Gedung Putih mengumumkan sanksi tambahan terhadap Rusia dan Belarusia.
Termasuk memperluas kontrol ekspor yang menargetkan penyulingan minyak Rusia dan entitas yang mendukung militer kedua negara.
Sanksi Barat dan kehancuran rubel yang diakibatkannya telah membuat Kremlin berjuang keras untuk menjaga perekonomian tetap berjalan.
Putin mendapat kabar baik Rabu ketika kepala regulator bank China mengatakan China tidak akan menjatuhkan sanksi keuangan pada Rusia.
China adalah pembeli utama minyak dan gas Rusia dan satu-satunya negara yang menahan diri untuk tidak mengkritik invasi Ukraina.
Diplomasi Ala Macron
Pada kesempatan yang berbeda, Presiden Rusia, Vladimir Putin menyatakan akan terus melakukan serangan ke Ukraina.
Hal itu diungkapkan oleh Putin saat berbicara dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, selama kurang lebih 90 menit.
Pernyataan Kremlin yang dilaporkan kantor berita negara Rusia RIA-Novosti, Kamis (3/3) menyatakan, Presiden Rusia Vladimir Putin dalam panggilan telepon dengan Macron juga menekankan upaya Ukraina membuat perundingan bertele-tele hanya akan memunculkan tuntutan baru dari Moskow.
Istana Elysee juga menyebut, pembicaraan kedua pemimpin termasuk sulit. Putin menuduh Ukraina melakukan "sabotase (selama) tujuh tahun" perjanjian Minsk, sebuah proses perdamaian yang disudahi Rusia dengan mengakui kemerdekaan dua republik separatis di timur Ukraina, Donetsk dan Lugansk.
"Putin menguraikan secara rinci pendekatan dan kondisi mendasar negosiasi dengan Kiev. Putin menegaskan, yang utama adalah demiliterisasi dan status netral Ukraina, sehingga ancaman terhadap Federasi Rusia tidak akan pernah muncul dari wilayah itu (Ukraina)," demikian pernyataan Kremlin yang dilaporkan RIA Novosti.
"Percakapan ini, sayangnya, hanya mendengar Presiden Putin akan terus melanjutkan intervensi militer sampai selesai," menurut sumber Elysée.
Istana Elysee menambahkan, “(Panggilan itu) memungkinkan Presiden Republik (Prancis) untuk kembali (menyuarakan) ketidaksepakatan yang kita miliki dengan Rusia, mendesak alternatif diplomatik untuk operasi militer, untuk mengatakan yang sebenarnya kepada Presiden Putin tentang bagaimana kita (Prancis) melihat perang di Ukraina tetapi juga konsekuensinya bagi Rusia dalam jangka panjang,” lanjut sumber itu.
Kedua belah pihak sepakat untuk menjaga pintu dialog tetap terbuka, menurut pihak Rusia dan Prancis.
Dalam pembicaraan telepon itu, Putin juga membantah telah membombardir Kiev.
Ia sekaligus memperingatkan bahwa situasinya akan memburuk, tetapi menimpakan kesalahan itu pada Ukraina.
Sebagai tanggapan, Macron memperingatkan Putin dia membuat kesalahan besar, menurut sumber itu. Macron menegaskan kembali tuntutan Moskow untuk menetralkan dan melucuti senjata Ukraina tidak dapat diterima, dan tanggung jawab konflik ini sepenuhnya berada di pundak Putin.
Tetapi Macron juga mengatakan masih ada waktu untuk diplomasi dan dialog, untuk mengatasi kekhawatiran Rusia dan memasukkan kepentingan Rusia. Namun, tegas Macron, diskusi tidak bisa terjadi "di bawah kendali Rusia" dan harus diselenggarakan oleh mitra internasional, kata sumber tersebut.
Macron juga meminta Putin untuk menghormati Presiden Ukraina, keluarga, kerabat, pejabat negara, dan perwakilan terpilih, menurut sumber tersebut.
Setelah panggilannya dengan Putin, Macron menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.(*)