Kain Sutera
Proses Ulat Sutera Bisa Jadi Kain yang Indah
Sengkang, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan merupakan daerah penghasil sutera unggulan di Indonesia.
2. Larva
Larva yang baru menetas kemudian dipindahkan dengan hati-hari dari ruang inkubasi ke ruang pemeliharaan.
Pada saat larva ulat sutera hanya berukuran 4 mili meter, namun mereka akan terus diberi makan daun murbei.
Ulat sutera sangatlah rakus, mereka makan dalam jumlah besar sehingga tubuhnyapun mulai membesar.
Tubuh mereka terus membesar, membuat kulit mereka mengelupas dan digantikan kulit yang baru.
Proses ganti kulit ini bisa terjadi hingga empat kali hingga larva tumbuh menjadi ular sutera seukuran kurang lebih 8 cm.
3. Kepompong
Setelah cukup makan, ulat kemudian akan membentuk kepompong atau pupa dengan cara memutar tubuhnya.
Dilansir dari Biology Discussion, kepompong sutra terbuat dari lilitan benang yang tidak terputus sepanjang 300 meter dan dililitkan dengan gerakan kepala yang konstan dari satu sisi ke sisi lain sekitar 65 kali per menit.

Kepompong sutera kemudian terbentuk sebagai kapsul berwarna putih.
Kepompong sutera kemudian dipanen sebelum ulat sutera berubah menjadi ngengat dan memecah kepompongnya.
Panen dilakukan kurang lebih sekitar satu minggu sejak kepompong dibuat.
4. Pembuatan benang
Kepompong sutera kemudan direndam dan direbus dengan air panas.
Setelah direbus, kepompong akan dicari ujung seratnya dan mulai diurai.
Setelah diurai, serat tersebut kemudian akan dipintal dengan cara dipelintil menjadi satu helai benang sutera.
Benang kemudian digulung layaknya benang biasa dan juga ditenun menjadi kain sutra yang indah.
(Kompas.com/Silmi Nurul Utami)