Muhammad Fauzi
Reformulasi dan Reorientasi Pengaderan HMI
Presidium MW KAHMI Sulsel dan Anggota Komisi V DPR RI, Muhammad Fauzi menganggap HMI menjadi kawah candradimuka dalam mencetak insan akademis.
Papa gagasan dan terobosan.
Baca juga: Presidium KAHMI Sulsel Sepakat Koordinator Presidium Bergilir, Fauzi: Pelantikan Maret 2022
*
HMI merayakan dies natalis ke-75 tepat pada 5 Februari lalu. Usia ini tergolong matang dan dewasa dalam siklus kehidupan. Dies natalis tahun ini mengusung tema "Arah Baru HMI; Berdaya Bersama Menuju Indonesia Emas 2045". Sebuah visi besar dan serius.
Seberapa kuat komitmen untuk mewujudkannya?
Mencetak insan berkualitas sejatinya bukan hal muskil bagi HMI mengingat gennya berasal dari kaum terdidik. Ia dilahirkan dari para pelajar "beruntung".
Hanya 8,5% dari total populasi penduduk Indonesia (Susenas BPS 2018).
Wajar kemudian jika HMI bertujuan melahirkan insan akademis, pencipta, dan pengabdi yang bernapaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridai Allah Swt.
Misi besar tersebut menugaskan kader HMI seperti mata air. Ia menghidupi.
Agar berfaerdah bagi banyak orang, syarat-syarat tertentu harus terjamin.
Sumber mata air tidak dirusak dan dicemari tangan-tangan jahil sehingga jernih dan laik pakai.
Pun harus terus mengalir tanpa henti.
Baca juga: Muh Fauzi Harap Segera Selesaikan Proyek Kereta Api Sulsel
Kaum terdidik dan unggul secara kuantitas mestinya menjadi modal yang dapat dikapitalisasi.
Ia mestinya disesuaikan dengan perkembangan zaman. Apalagi, modernitas membawa berbagai konsekuensi.
Menurut Giddens (1990), kehidupan modern bak panser raksasa (juggernaut), mesin berkekuatan besar dan memiliki kuasa penuh atas dirinya sendiri.
Ia dapat dikendalikan, tetapi pada tingkat tertentu sehingga tindakan sebuah sistem tidak pernah dapat diramalkan sepenuhnya.