Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Bone

Kala Sawah Tak Bisa Ditanami, Warga Bone 'Sulap' Jadi Arena Pacuan Kuda di Cina dan Barebbo

sejumlah warga Desa Wollangi, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone, berjejer di pinggir sawah saksikan pacuan kuda.

Penulis: Kasdar Kasau | Editor: Muh Hasim Arfah
TRIBUN TIMUR/KASDAR
Pacuan kuda di Desa Wollangi, Kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, akhir pekan lalu 2022. 

TRIBUNBONE.COM, BAREBBO - Langit cerah nan terik matahari tepat berada di ubun-ubun.

Tampak hamparan sawah kering lantaran hujan tidak turun satu pekan belakangan.

Sejauh mata memandang, sejumlah warga Desa Wollangi, kecamatan Barebbo, Kabupaten Bone, berjejer di pinggir sawah.

Lokasi ini berada di selatan ibu kota Bone, Watampone.

Area ini mempunyai daratan dan wilayah laut di Teluk Bone.

Warga ini menanti lomba kuda sejak pagi tadi.

Sawah kosong disulap menjadi arena pacuan kuda.

Arena dadakan ini panjangnya sekira 1 kilometer (Km).

Lokasinya menghubungkan dua kecamatan bertetangga.

Yakni garis start di Desa Padangloang, Kecamatan Cina dan Desa Wollangi, Kecamatan Barebbo di garis pinis.

Panas tak menghalangi warga untuk menyaksikan langsung lomba balap kuda.

Tak jauh dari titik start, terlihat penonton berteduh di sebuah bale-bale sawah sebelah kanan arena.

Sisi kiri penonton berkerumun duduk di pematang sawah.

Beruntung ada banyak pohon rindang tempat berteduh diatas pematang sawah.

Tapi saking panasnya, semut merah berjatuhan dari pohon di atas penonton.

Dari kejauhan juga ada tenda biru terpasang di garis pinis.

Itu bukan acara hajatan, tapi tenda yang digunakan panitia serta juri duduk menilai peserta balap kuda.

Nampak bendera merah putih dikibarkan kedua sisi arena.

Itu sepertinya instrumen pembatas arena balap kuda.

Tanah terlihat kering gersang, sawah kosong itu warga menambatkan ternak sapi tak jauh dari arena.

Katanya sangat tanggung jika dipaksakan menanam padi di sawah.

"Karena idealnya bulan Desember 2021 itu musim hujan dan biasanya mulai menanam," kata Suparman warga setempat.

Namun cuaca kini di Bumi Arung Palakka tidak menentu.

Kadang hujan sehari kemarau tiga hari.

Memang ada mata air, tapi debitnya surut dan tentu tidak mampu menjangkau seluruh sawah.

Hanya sebagaian di dekat mata air Bubung (sumur) Mannagae.

Mata air Bubung Mannagae, itu julukan bagi warga Wollangi dan juga warga Bone pada umumnya.

Mentari kian bergeser ke Barat, panas mulai mereda.

Penonton semakin banyak berdatangan dari berbagai tempat.

Terlihat dari jauh dua kuda, hitam dan merah diiringi oleh joki berjalan santai mulai garis pinis.

Sebab nanti kuda akan berlari dari garis start.

Tiga menit berjalan, tibalah sang joki serta pengendara kuda di titik start.

Kuda menggeliat, sang joki kemudian mencoba menenangkan kuda.

Siap-siap wasit memberi aba-aba, bendera ditangannya diangkat.

Haaa.....bendera turun lalu kuda mulai berlari kencang.

Pengendara kuda menghentak mengaduh kecepatan.

Dengan kilat, dua kuda berlomba tiba di garis pinis.

Tidak butuh waktu dua menit sampai ke ujung arena sekira 1 kilometer (Km).

Sontak penonton kegirangan, mulai anak muda hingga tua berteriak.

"Larikooooo La boloooong...!!!!" begitu suara beradu teriak dan tawa di pinggir arena.

La Bolong merupakan istilah yang disematkan kepada Kuda Hitam, dalam bahasa bugis Bone, Bolong artinya Hitam.

Ada banyak hadiah sederhana disediakan panitia mulai kompor gas hingga kipas angin.

Pelaksanaan lomba pacuan kuda di Wollangi berlangsung dua hari, Sabtu-Minggu (29-30/1/2022) lalu.

Lomba kuda ini sangat diminati masyarakat Bone.

Meskipun demikian, belum ada arena khusus bagi pacuan kuda di Bone, sehingga lokasi lomba tidak menetap. (*)

*Laporan Kontributor TribunBone.com - Kasdar.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved