Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kajian Timur Tengah

Agama Ibrahim Baru

Agama Ibrahim Baru telah diperkenalkan oleh Emirat Arab sebagai agam resmi negara( http://alasrmag.com; 2022-01-09).

Editor: Sudirman
Courtesy:as kambie
Supratman Supa Athana, Dosen Departemen Asia Barat FIB Unhas 

Oleh: Supratman Supa Athana

Dosen Departemen Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Unhas

Agama Ibrahim Baru telah diperkenalkan oleh Emirat Arab sebagai agam resmi negara( http://alasrmag.com; 2022-01-09).

Agama Ibrahim baru ini menggabungkan tiga agama Kristen, Islam dan Yudaisme (Yahudi).

Nama Ibrahim dipilih dengan merujuk pada sosok Nabi Ibrahim yang dikenal sebagai “bapak para nabi" yang mana ketiga agama monoteistik itu berasal.

Proyek ini sudah direncanakan dua tahun lalu ketika terjadi penandatanganan kesepakatan ‘Abraham Accords’ yang mana mantan Presiden AS Donald Trump mensponsori perjanjian tersebut.

Penggunaan kata "Abrahamia" dimulai pada 15 September 2020 dengan Uni Emirat Arab, Bahrain, Sudan dan Maroko menandatangani perjanjian normalisasi dengan Israel.

Perjanjian, yang disponsori oleh mantan Presiden AS Donald Trump dan penasihatnya Jared Kushner, disebut "Perjanjian Abraham".

Departemen Luar Negeri AS saat itu menyatakan bahwa AS mendorong upaya untuk mendukung dialog antarbudaya dan antaragama untuk memajukan perdamaian antara tiga agama Ibrahim dan seluruh umat manusia.

Kontroversi tentang “Abrahamisme atau Agama Ibrahimi Baru” meletus setelah normalisasi antara UEA, Bahrain dan Israel secara resmi terwujud pada September 2021.

Beberapa analis menyampaikan bahwa tujuan proyek ini berfokus pada hubungan antar agama dan mengabaikan apa pun yang menyebabkan konflik dan pertengkaran antar manusia.

Mempromosikan gagasan tersebut dimulai dalam konteks membangun perdamaian antara masyarakat dan negara tanpa memandang perbedaan.

Namun analis yang menentang gagasan agama baru ini percaya bahwa itu adalah panggilan politik dengan kedok penipuan dan eksploitasi dan tujuan utama agama baru ini adalah untuk menormalkan dan meningkatkan hubungan Israel dengan negara-negara Arab.

Syekh Al-Azhar Ahmed Al-Tayeb berpendapat bahwa seruan tersebut bertujuan adanya kerjasama para pemeluk agama yang berbeda namun punya kesamaan dalam nilai-nilai kemanusiaan.

Sedemikian itu agama ibrahimi baru dapat menangkal dan menghilangkan penyebab perselisihan dan konflik.

Sekalipun demikian,tetap ada rasa skeptis dari Syekh Al-Azhar akan program tersebut. Menurutnya program ini adalah seruan untuk membatasi kebebasan berkeyakinan dan memilih.

Serupa dengan pernyataan Pendeta Koptik Mesir, Benjamin al-Mahraqi, mengatakan bahwa seruan agama Ibrahim baru adalah seruan politis dengan kedok penipuan dan eksploitasi agama.

Dr. Heba Jamal Al-Din Muhammad Al-Azab dalam bukunya “Spiritual Diplomacy and the Abrahamic Common: The Colonial Scheme for the New Century”.

Mengatakan bahwa salah satu tantangan intelektual dan budaya yang paling serius adalah penggunaan istilah-istilah seperti 'Kesamaan Agama Ibrahim,' 'Diplomasi Spiritual', dan 'Perdamaian Agama Internasional', telah sering menjadi wacana diplomasi global dan literatur dari beberapa pusat studi dan universitas di Amerika Serikat dan Israel dalam beberapa tahun terakhir.

Istilahnya mungkin mencerahkan, tampak penuh simpatik.

Namun, konten mereka gelap dan menyesatkan, karena digunakan untuk memperalat agama untuk kepentingan kebijakan luar negeri Amerika dan proyek Zionis di wilayah di Timur Tengah. (*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Konsisten

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved