Opini Tribun Timur
Meski Pandemi, Masyarakat Sulsel Tetap Bahagia
Pandemi yang masih melanda dunia sampai saat ini, memunculkan pertanyaan, “Apakah pandemi menyebabkan kebahagiaan seseorang berkurang?”.
Riska Eka Agustina, S.ST., M.Sc.
Statistisi Ahli di Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan
Pandemi yang masih melanda dunia sampai saat ini, memunculkan pertanyaan, “Apakah pandemi menyebabkan kebahagiaan seseorang berkurang?”.
Pandemi memang berdampak terhadap kondisi psikologi seseorang.
Sebagai makhluk sosial yang memiliki fitrah untuk bersosialisasi dengan manusia lain, masa pandemi memicu munculnya masalah psikologis.
Akan tetapi, meski pandemi masih melanda, BPS mencatat bahwa indeks kebahagiaan Indonesia tahun 2021 (71,49) naik sebesar 0,8 poin dibanding tahun 2017 (70,69).
Peningkatan indeks kebahagiaan ini terjadi pula pada sejumlah provinsi di Indonesia, termasuk Sulawesi Selatan.
Indeks kebahagiaan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2021 naik sebesar 1,16 poin, yakni dari 71,91 pada tahun 2017 naik menjadi 73,07 pada tahun 2021, atau 1,45 kali lebih tinggi dibanding kenaikan indeks kebahagiaan nasional.
Dalam menilai tingkat kebahagiaan, Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan Sembilan belas indikator yang tercakup dalam tiga dimensi kehidupan, yakni kepuasan hidup (life satisfaction), perasaan (affect), dan makna hidup (eudaimonia).
Di Provinsi Sulawesi Selatan, perolehan dimensi makna hidup (73,96) mengungguli perolehan dimensi kepuasan hidup (71,21) dan perasaan (68,35).
Meski dimensi perasaan menurun sebesar 2,28 poin, namun dimensi kepuasan hidup dan makna hidup meningkat, yakni secara berturut-turut sebesar 4,15 poin dan 1,25 poin.
Sementara jika dilihat berdasarkan kategori wilayah, BPS mencatat bahwa indeks kebahagiaan Sulawesi Selatan tahun 2021 di wilayah perkotaan (74,34) lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan (72,06).
Beberapa catatan menyebutkan bahwa penduduk wilayah perkotaan memiliki tingkat pendidikan, pendapatan, dan karir yang baik.
Sementara untuk penduduk desa, kebahagiaan mereka tercermin melalui kehidupan sosialnya yang lebih baik.
Mereka mempunyai waktu lebih untuk bersosialisasi dan bersenda gurau dengan keluarga maupun tetangga.
Hal ini sejalan dengan perolehan indeks kepuasan hidup personal di wilayah perkotaan (73,5) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah pedesaan (69,4) dan indeks kepuasan hidup sosial di wilayah pedesaan (81,79) yang lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah perkotaan (81,44).
Selama pandemi, penduduk bekerja yang biasanya disibukkan dengan rutinitas pekerjaan setiap harinya, akhirnya dapat menciptakan quality time bersama keluarga saat WFH (work from home).
Dengan kebijakan bekerja dari rumah selama pandemi, para orang tua yang bekerja dapat lebih fleksibel dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Mereka dapat memberikan perhatian dan pendampingan yang lebih intens terhadap anak-anak, sehingga tercipta work-life balance.
Anak-anak pun merasa bahagia karena orang tua mereka dapat membersamai mereka dalam segala aktivitasnya.
Menilik dari status perkawinan, indeks kebahagiaan penduduk Sulawesi Selatan yang berstatus kawin (73,85) adalah yang tertinggi jika dibandingkan dengan yang berstatus belum kawin (72,3), cerai mati (69,82), dan cerai hidup (69,74).
Selain itu, penduduk laki-laki (73,78) lebih bahagia dibanding perempuan (72,58).
Semakin tinggi pendapatan rumah tangga dan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan oleh kepala rumah tangga, maka semakin tinggi pula tingkat kebahagiaannya.
Dengan perolehan indeks kebahagiaan yang masih cukup baik di tengah pandemi ini, lalu apa yang mesti kita lakukan agar dapat menjaga bahkan meningkatkan kebahagiaan kita?.
Yang pertama, usahakan untuk tidak berlebihan dalam mengakses informasi. Utamakan mengakses sumber informasi positif dan terpercaya dibanding informasi negatif.
Kedua, tetap menjaga hubungan dengan orang lain. Meski social distancing diberlakukan, kita dapat membangun koneksi melalui social media.
Ketiga, senantiasa menciptakan inovasi dalam bekerja agar tetap aktif dan produktif. Keempat, meningkatkan daya tahan tubuh dan psikis melalui pendekatan psiko-religius.
Yakni dengan tetap mengekspresikan rasa syukur dan optimisme bahwa pandemi dapat kita lalui dengan baik.
Pemberlakuan kebijakan pengetatan aktivitas ekonomi yang mungkin masih diterapkan sesuai dengan level PPKM masing-masing wilayah, menyebabkan ketidakpastian pendapatan terutama bagi masyarakat yang rentan, seperti pelaku UMKM, buruh, pedagang kecil, dan sebagainya.
Oleh karena itu, pemerintah diharapkan tetap memberikan bantuan terhadap masyarakat ekonomi bawah agar daya beli masyarakat tetap terjaga dan pemulihan ekonomi pasca pandemi dapat terwujud.
Seluruh masyarakat Sulawesi Selatan diharapkan tetap patuh dalam melaksanakan protokol kesehatan 5M, termasuk juga melakukan vaksinasi.
Hal ini bertujuan agar terbentuk herd immunity dan memutus rantai penyebaran covid-19.
Keberhasilan kita dalam beradaptasi pada era new normal seperti saat ini menjadi kunci kebahagiaan kita di tengah pandemi.
Kita berharap agar semua kebiasaan baik yang kita lakukan selama pandemi dapat terus kita terapkan. Semoga.(*)