TNI
Kisah Heroik Letkol Anumerta Atang Sutresna Kibarkan Bendera Merah Putih Rebut Timor Timur
Letkol Anumerta Atang Sutresna tewas setelah anak buahnya berhasil mengibarkan bendera merah putih saat Operasi Seroja dalam konflik Timor Timur.
TRIBUN-TIMUR.COM- Tribuners masih ingat dengan pahlawan Letnan Kolonel atau Letkol Anumerta Atang Sutresna?
Ia adalah prajurit Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Jabatan terakhirnya sebelum gugur dalam operasi Timor Timur, saat Timor Leste, adalah Komandan Kompi C Nanggala V dan Komandan Detasemen Tempur I Nanggala V Grup 1 Kopassandha.
Alumni Akademi Militer Nasional tahun (1965) gugur tertembak musuh saat berusaha mengibarkan bendera Merah Putih di kantor Gubernur Timor Portugis di Dili pada hari "H" menjelang Operasi Seroja pada 7 Desember 1975 perebutan kota Dili.
Ia pun dimakamkan di TMP Kalibata.
Baca juga: Sosok Eurico Guterres, Eks Milisi Timor Timur yang Pernah Dituduh Bantai Warga Dili Gereja Liquica
Kini namanya diabadikan menjadi nama stadion di komplek mako Kopassus Cijantung.
Negara pun menaikkan pangkatnya menjadi Letnan Kolonel Inf (Anumerta) Atang Sutresna
Kisah Heroik Atang
Kisah heroik Atang Sutresna ter-cover dalam buku terbitan biografi Letjen (Purn) Soegito: Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen, yang ditulis Beny Adrian.
Cetakan pertama tahun 2015, yang diterbitkan PT Gramedia, Jakarta.
Berikut penggalan ceritanya:
Mayor Atang Sutresna mendapat tugas tambahan dalam Operasi Seroja tahun 1975.
Baca juga: Warga Timor Timur Ini Tetap Pilih Indonesia Meski Jadi Pengungsi, Padahal Kini Timor Leste Merdeka
Ia mendapatkan tugas sebagai Komandan Detasemen Tempur (Dandenpur).
Mayor Atang Sutresna mendapatkan tugas membawa bendera merah putih.
Tujuannya hanya satu, memberi tanda lokasi yang sudah direbut dari tangan musuh.
Semula, tugas ini dipandang mudah.
Apalagi, informasi intelijen menyebutkan Tropaz dan Fretilin diyakini seperti hansip dan kamra.
Setelah terjun ke medan pertempuran, ternyata informasi tersebut salah, musuh menembaki pasukan TNI secara membabi buta.
Tugas semakin berat.
Baca juga: Negara Baru Tetangga Indonesia Terancam Seperti Timor Leste, Kekayaan Alam Bisa Dikuras Negara Lain
Tempat pengibaran bendera berada di tengah lapangan kantor gubernur.
Sebuah lokasi terbuka dan menjadi sasaran empuk dari tembakan musuh.
Hanya prajurit nekat yang bisa mengibarkan bendera di tengah lapangan itu.
Setelah mencapai darat, Mayor Atang segera memberikan tugas tersebut kepada dua prajuritnya, yakni Koptu Sugeng dan Koptu Suhar.
Sedangkan dia memberikan tembakan perlindungan, sekaligus mengalihkan perhatian musuh.
Koptu Sugeng dan Koptu Suhar langsung berlari menuju lokasi pengibaran bendera.
Baca juga: Negara Baru Tetangga Indonesia Kini Diincar Australia Setelah Kuras Timor Leste, Alam Masih Asli
Dengan cepat, bendera Fretilin segera diturunkan, diganti dengan merah putih.
Sementara, suara desingan peluru sudah semakin dekat.
Merah putih baru setengah naik, satu peluru mengenai kaki Koptu Sugeng.
Tapi hal itu tidak meruntuhkan semangatnya.
Dia hanya berucap singkat, "Har, aku kena."
Kata-kata itu ditanggapi dingin oleh Koptu Suhar.
Dia tetap mengerek bendera agar segera mencapai puncaknya.
Baca juga: Dulu Tentara Timor Leste Tak Pernah Diperhitungkan Dunia Tetiba Kerjasama Tentara AS, Untuk Apa?
Bunyi desing peluru juga semakin banyak.
Tak lama, pengerekan bendera selesai.
Keduanya langsung mencari tempat perlindungan.
Mereka juga melaporkan hasil penugasannya pada Mayor Atang.
Sementara Koptu Sugeng memeriksa kakinya yang terkena tembakan, setelah dicek, ternyata peluru hanya mengenai kantong minumannya.
Hujan tembakan membuat Mayor Atang geregetan untuk menyudahinya.
Dia berusaha bergerak mendekati lokasi persembunyian musuh.
Namun, niat tersebut tidak disetujui anak buahnya, koptu Sugeng.
Baca juga: Dulu Tentara Timor Leste Tak Pernah Diperhitungkan Dunia Tetiba Kerjasama Tentara AS, Untuk Apa?
"Pak, tembakan masih ramai dari situ," ujar Sugeng sembari menunjuk ke salah satu lokasi.
Kekhawatiran anak buahnya tidak ditanggapi oleh Mayor Atang.
Dia tetap berusaha keluar dari tempat perlindungannya.
Malang, baru 25 meter, peluru Fretilin menembus perutnya.
Satu peluru lainnya, tepat mengenai kepala.
Bendera Merah Putih berkibar di tengah pertempuran.
Tapi hari itu Kopassus kehilangan seorang perwira terbaiknya.(*)
Baca juga: Inilah Alasan Sebenarnya Timor Leste Pakai Dollar AS, Kini Dampak Tak Peduli Pemerintah Dirasakan