Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Timor Leste

Inilah Alasan Sebenarnya Timor Leste Pakai Dollar AS, Kini Dampak 'Tak Peduli' Pemerintah Dirasakan

Sejak lepas dari Indonesia pada 20 Mei 2002, mata uang yang digunakan sebagai mata uang resmi pun berubah.

Editor: Ansar
Kamus Data
(Illustrasi) Mata uang Timor Leste 

TRIBUN-TIMUR.COM - Sejak merdeka dari Indonesia, Timor Leste menggunakan dollar AS sebagai alat transaksi.

Padahal sebagai negara yang telah berdiri sendiri, Timor Leste menggunakan mata uangnya sendiri.

Lantas apa alasan Timor Leste masih memilih dollar AS sebagai mata uangnya?

Dikutip dari Intisari.Grid.Id Senin 20 Desember 2021,  Timor Leste adalah satu dari sedikit negara yang belum memiliki mata uang sendiri.

Sejak lepas dari Indonesia pada 20 Mei 2002, mata uang yang digunakan sebagai mata uang resmi pun berubah.

Dikutip dari laman Peacekeeping Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB), dollar AS dipilih sebagai mata uang resmi di Timor Leste sejak tahun 2000 dengan dikeluarkannya Regulation 2000/7 pada 24 Januari 2000.

Aturan tersebut berbunyi, bahwa semua transaksi resmi harus menggunakan dollar AS.

Namun begitu, masyarakat masih diperbolehkan menggunakan mata uang lain yang juga masih beredar cukup banyak seperti rupiah, bath (Thailand), escudo (Portugis), dan dollar Australia.

Saat itu, UNTAET (PBB) dan pemerintahan transisi Timor Leste beralasan, dollar AS dipilih karena mata uang tersebut stabil dan kuat serta diterima di seluruh dunia.

Keputusan itu kemudian disahkan oleh National Concultative Council (NCC) yang wewenang dan tugasnya mirip dengan MPR RI di Indonesia.

Pada awal penerapan, penggunaan dollar AS menimbulkan gelojak di tengah masyarakat.

Hal ini karena nilai dollar AS sangat tinggi untuk ukuran standar harga barang dan jasa di negara bekas koloni Portugis tersebut.

Menerapkan dollar AS sebagai mata uang resmi negara, membuat harga-harga barang dengan cepat melambung tinggi.

Namun masyarakatkah yang harus menyesuaikan melalui pengaturan jumlah barang atau jasa.

Sederhananya, harga beras apabila dibeli dengan rupiah adalah seharga Rp 5.000 per liter, bukan berarti setelah transisi harga beras 1 liternya kemudian dihargai 1 dollar AS.

Yang berlaku adalah, saat seorang membeli beras dengan mata uang sebesar 1 dollar AS, maka beras yang didapatkan harus lebih banyak dari 1 liter.

Selain itu, kenaikan harga-harga barang di masa transisi, menurut pemerintah, bukan karena penggunaan dollar AS, namun terjadi karena adanya prinsip pasar (permintaan dan penawaran).

Keputusan untuk mengadopsi dollar AS dibuat oleh PBB dan pemerintah Timor Leste untuk menyelamatkan negara dari ketidakstabilan politik dan ekonomi.

Adopsi dolar membuatnya lebih mudah untuk investor asing untuk berdagang dan melakukan bisnis di negara tersebut.

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved