Tribun Makassar
Kisah Guru di Pulau Langkai Digaji Rp450 Ribu per Triwulan
Pendidikan di wilayah kepulauan masih sangat butuh perhatian. Bukan hanya dari segi fasilitas, tapi juga kesejahteraan gurunya.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pendidikan di wilayah kepulauan masih sangat butuh perhatian.
Bukan hanya dari segi fasilitas, tapi juga kesejahteraan gurunya.
Seorang guru di Pulau Langkai, Kecamatan Sangkarrang, Makassar, Supriadi menceritakan pengalamannya selama menjadi tenaga honorer di pulau tersebut.
Supriadi mulai menjadi honorer sejak 2012 lalu, sudah genap sembilan tahun.
Terlahir sebagai putra daerah Laikang menjadi alasan kuatnya untuk memajukan pendidikan di tanah lahirnya.
"Saya lahir di sana, tamat di sana. Jadi saya harus mengabdi. Kita harus berjuang, orang lain tidak ada yang mau kesana, kita harus bertahan," ucap Supriadi, Minggu (28/11/2021).
Antara suka dan dukanya, tentu lebih banyak duka yang dirasakan pria tiga anak ini.
Apalagi, ia harus pulang balik mengurus berkas, hingga mengikuti pelatihan peningkatan kompetensi di Makassar.
Untuk sampai di kota, butuh waktu tiga jam di atas laut menggunakan kapal penumpang.
Kalau cuaca bersahabat tak ada masalah, sementara jika gelombang tinggi, angin kencang tentu rasa ketar-ketir beradu dalam dirinya.
Kata dia, masih banyak kekurangan yang perlu dibenahi di sektor pendidikan, khususnya pendidikan di kepulauan.
Akses internet masih sangat terbatas, ini membuat para siswa jauh tertinggal, sementara teknologi semakin pesat perkembangannya.
"Komputer ada, tapi jarang terpakai karena tidak ada internet," keluhnya.
Mengabdi di SMP tersebut, Supriadi hanya dapat honor Rp450 ribu per tiga bulan.
Menghidupi istri dan anak dengan gaji tersebut sangat jauh dari kelayakan kesejahteraan keluarga.