Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Andi Ina Kartika Sari dan Prospek Politisi Perempuan di Sulsel

publik nasional mengenal politisi perempuan asal Sulsel seperti Marwah Daud Ibrahim, Mubha Kahar Muang, Oelfah Syahrullah, dan Ulla Nuchrawaty

Editor: AS Kambie
zoom-inlihat foto Andi Ina Kartika Sari dan Prospek Politisi Perempuan di Sulsel
DOK
Mulawarman, Alumnus Fakultas Ekonomi Unhas

Nuchrawaty di Fakultas Kedokteran Unhas, dan Oelfah Syahrullah di Fakultas Sastra Unhas.

Mereka ditemukan Prof Ahmad Amiruddin kemudian disiapkan, didorong, dibantu, dan didukung bahkan memaksa ke 4 mahasiswi itu untuk ikut pemilihan Ketua Senat Mahasiswa di fakultasnya masing-masing.

Hasilnya, hanya Oelfah Syahrullah yang berhasil terpilih, dan menjadi mahasiswi pertama sekaligus terakhir menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Sastra Unhas sampai zaman Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sekarang ini.

Sementara Marwah Daud Ibrahim, Mubha Kahar Muang, dan Ulla Nuchrawaty yang tidak terpilih, kemudain dipaksa masuk aktif di Dewan Mahasiswa (Dema) Unhas.

Husni Tanra Ketua Dema Unhas bersama atas dorongan Prof Ahmad Amiruddin, Marwah Daud Ibrahim membidani lahirnya koran kampus Identitas, sementara Mubha Kahar Muang ketiga kalinya kembali dipaksa oleh Prof Ahmad Amiruddin ikut pemilihan Kepala Staf Resimen Mahasiswa (KASMENWA),

Kemudian Mubha Kahar Muang berhasil terpilih dan menjadi KASMENWA. Mubha Kahar Muang satu-satunya KASMENWA di Indonesia yang wanita.

Dalam konteks politik saat ini, sejumlah elit dan senior politisi Sulsel telah menyadari mengenai keberadaan politik kaum hawa ini.

Partai-partai politik di Sulsel masih sangat kekurangan kader/politisi perempuan. Tidak pernah mencapai 30% untuk caleg perempuannya.

Bahkan ada Partai di Pileg 2019 lalu yang hanya untuk memenuhi syarat administratif 30%, terpaksa mendaftarkan Asisten Rumah tanggannya sebagai Caleg perempuan.

Untuk itulah, para senior itu mengingatkan perjuangan sejumlah senior politisi perempuan di sepnjang tahun 1980, seperti Andi Tja Tjambolang, Ibu Prof Kustiah Kristanto, Prof Halima Dg Sikati bersama Istri Prof Ahmad Amiruddin, Istri Prof Basri Hasanuddin, Istri Prof Fachruddin, Marwah Daud Ibrahim, Mubha Kahar Muang, Ulla Nuchrawaty, Oelfah Syahrullah, Zohra Andi Baso, Niniek Lantara, Andi Sapada, Ida Yusuf Madjid, dan Andi Ummu kakak Zohra Andi Baso— bergiliran keliling Sulsel untuk memberdayakan para perempuan-perempuan Sulsel melalui Lembaga Pusat Studi Wanita Universitas Hasanuddin. Saat itu lembaga tersebut diketuai oleh Ibu Andi Tja Tjambolang ibu kandung Ulla Nuchrawaty

Perempuan dan Gen Kepemimpinan
Dari berbagai referensi tentang kepemimpinan perempuan baik di politik maupun di dunia bisnis, beberapa rujukan dapat dijadikan pelajaran.

Pertama, dari data fortune 500 di AS, CEO perempuan yang jumlahnya hanya sekitar 6,4% dan menempatkan lebih banyak perempuan di dewan direksinya, menunjukkan kinerja jauh lebih baik dari perusahaan yang tidak menempatkan perempuan di posisi direksi (Connley, 2021).

Kedua, laporan McKinsey untuk wilayah Inggris Raya menunjukkan bahwa perusahaan yang memberikan porsi yang fleksibel bagi perempuan untuk duduk di jajaran senior eksekutif, menunjukkan kinerja bisnis yang maksimal.

Studi ini menunjukkan bahwa saat perempuan tampil sebagai pemimpin, mereka menampilkan keahlian yang berbeda dengan kemampuan imajinasi yang tinggi. Perempuan juga membuat struktur dan budaya organisasi berbeda yang menjadi pendorong utama pencarian solusi yang efektif.

Selain itu, perempuan juga sangat kreatif melahirkan kesadaran baru, membuat terobosan konstruktif dengan memperhatikan hal-hal secara detail dan mampu melihat banyak hal yang tidak tampak di depan mata (McKinsey, 2021).

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Nikah Massal

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved