Otobiografi Prof Basri
Prof Basri Sang Pengayom dan Pemersatu Bangsa
satu sifat utama dari Prof Basri adalah pantang untuk bercerita soal aib seseorang apalagi membuka dan menyebarkannya.

Oleh: Supratman Supa Athana
Kordinator penulisan buku dan perayaan hari lahir Prof Basri Hasanuddin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tujuan dan dasar pemikiran untuk merayakan dan memperingati hari kelahiran seorang tokoh bukan sekadar untuk mengenang dan atau mengetahui tanggal lahir seseorang.
Tujuan yang demikian itu, sama sekali, tidak pernah terbetik di hati dan terlintas jauh dari pemikiran orang yang punya wawasan luas dan dalam.
Adapun sasaran dasar dan tujuan utama dari perayaan dan peringatan hari lahir seorang tokoh adalah memahami karakteristik utama sekaligus kiprah yang inspiratif dari seorang tokoh.
Prof Basri ini adalah seorang tokoh Sulselbar yang multibidang.
Dia seorang akademisi, ilmuwan sekaligus pernah menjabat sebagai anggota dewan, Menteri dan seorang duta besar dan paling terakhir adalah sebagai wali Amanah Universitas Hasanuddin.
Sekarang ini Beliau sebagai Ketua Yayasan Masjid Al Markaz Al Islami Makassar.
Prof Basri pada setiap jabatan yang diduduki tidak sekadar disandang melainkan dijadikan sebagai lahan untuk menanam kebaikan dan menyebar rahmat bagi manusia secara umum tanpa harus melihat latar belakang suku, agama dan budaya dan kewarganegaraan.
Setidaknya hal itu terlihat tatkala Prof Basri menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Negara Kesatuan Republik Islam Iran pada tahun 2003 hingga 2007.
Banyak hal inspiratif Prof Basri lakukan tatkala menjabat sebagai duta besar di Iran.
Namun yang sangat mengesankan adalah bagaimana ia membuka kran yang tersumbat dalam hubungan antara pelajar Indonesia dengan pihak kedutaan.
Periode sebelum Prof Basri menjabat sebagai duta besar di Iran, para pelajar Indonesia dipandang selayaknya warna negara nomor dua. Komunikasi antara kedutaan dengan pelajar Indonesia sangat dingin.
Tetapi setelah Prof basri menjadi Duta Besar di Iran kebekuaan itu mencair hangat dalam hubungan yang sangat akrab sebagaimana seorang pemerintah yang melindungi warganya.
Mungkin ini kedengaraannya sederhana bagi membaca dari apa yang saya sampaikan.
Akan tetapi bagi pelajar Indonesia di Iran keputusan Prof Basri untuk mengunjungi para pelajar Indonesia yang ada di satu dua provinsi di Iran kala itu, yang berpusat di Qom, adalah hal yang sangat berarti bagi mereka.
Apa yang telah dilakukan Prof Basri di mana membangun hubungan yang baik antara pelajar dengan kedutaan sekarang ini berlanjut sangat baik.
Nyaris semua kegiataan di kedutaan sekarang ini pasti melibatkan mahasiswa baik sebagai panitia maupun peserta.
Bahkan sekarang ini KBRI Indonesia di Teheran menyediakan secretariat untuk organisasi pelajar di Iran.
Apa yang telah dilakukan Prof Basri telah menyambung komunikasi dan silaturahmi antara warga negara dengan pemerintahannya dan hal itu sangat mendasar untuk menjaga hubungan harmonis antara warsa dan pemerintah.
Hubungan yang lebih luas dibangun dari Prof Basri adalah menyatukan kembali antara dua mazhab besar dalam Islam yang sempat terpisah akibat kecurigaan yang digaungkan oleh pihak luar untuk selalu berusaha memisahkan antara dua mashab kembar tersebut.
Jadi dalam tinjaun yang lebih jauh apa yang telah dilakukan oleh Prof Basri sangat visioner dalam kaitan persatuan umat islam dan negara Islam yang merupakan penganut dua mashab besar dalam islam yaitu sunni dan syiah’.
Tentu masih banyak hal lain yang bisa diurai dari sosok seorang Prof Basri Hasanuddin yang hari ini berulang tahun ke-80.
Beliau lahir di Pambusuang Polman, 6 november 1939.
Hal menarik lainnya bahwa pada usia 80 masih fit dan produktif.
Kondisi Kesehatan Prof basri selalu prima. Apa rahasianya?
Patut diduga itu terjadi karena salah satu sifat utama dari Prof Basri adalah pantang untuk bercerita soal aib seseorang apalagi membuka dan menyebarkannya.
Prof Basri juga selalu ceria dan ringan tangan untuk membantu bagi mereka yang membutuhkan.
Prof Basri juga selalu ceria dan ringan tangan untuk membantu bagi mereka yang membutuhkan.
Sedemikian itulah mendorong kami untuk merayakan ulang tahun Prof Basri dan ditandai dengan pembuatan buku yang berjudul ‘Bundelan Kisah Untuk Sang Guru’.
Penulis dari buku ini Mulai Dari Prof Hamid Awaluddin, Prof SM Noor, Prof Budu, Prof Armin, Dr Madjid Sallatu, Prof Hamid Paddu, Prof Marzuki Dea , Dr M Dahlan Abubakar serta lainnya.
Adapunpenulis dari generasi Muda Seperti Dr Sawedi Muhammad, Dr Andi Wahyuddin Jalil.
Perayaan ini diadakan di Auditorium Prof Dr Basri Hasanuddin,M.A Pascasarjana FEB Unhas.(*)