Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Serpihan Sejarah Cikoang - Laikang

Mungkin hanya Laikang, sebuah kerajaan lokal di jazirah Selatan Sulsel, yang para bangsawannya sejak abad XVIII mengakui bernasab Sayyid

Editor: Sudirman
dok.tribun
AM Sallatu 

Ajaran Sayyid Jalaluddin inilah yang mewariskan budaya perayaan Maulid di Cikoang, dikenal sebagai Maudu’ Lompoa, yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh keturunannya.

Oleh karena memang merupakan salah satu inti syiar Islam yang dibawakan adalah penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW.

Dengan demikian menjadi jelas adanya pertalian darah antara keturunan Sayyid dan keturunan bangsawan Gowa.
Kiranya itulah alasannya, mengapa keturunan Tuanta Toaya ini, yang bernama Sayyid Djafar Ash-Sadiq, lebih dikenal dengan sebutan Sayyid Dade, menikahi putri Karaeng Laikang, yang juga merupakan salah seorang cicit dari Arumpone La Patau (dari istri keturunan bangsawan Luwu).

Selanjutnya Sayyid Dade menjadi Karaeng Laikang, yang setelah wafat bergelar Ilanga ri Matteke’.

Bila dicermati silsilah Sayyid Dade ini, yang memang dalam dirinya memiliki darah bangsawan Gowa, dari garis Sultan Alauddin, sehingga saat menikah dengan anak Karaeng Laikang La Salau’rangi atau juga bernama La Makkasaung ri Langi, yang merupakan cucu Arumpone La Patau, telah mempertemukan darah bangsawan Gowa, Bone dan Luwu sekaligus.

Hal yang menimbulkan pertanyaan, mengapa bisa cucu Arumpone La Patau menjadi Karaeng Laikang?

Dituturkan bahwa pernah suatu saat terjadi kekosongan Karaeng di Laikang, sehingga dikirim utusan ke Raja Bone meminta keturunan La Patau mengisi kekosongan tersebut.

Maka dikirimlah La Salau’rangi di atas, yang merupakan anak Petta Opu dan istrinya yang merupakan anak Arung Tibojong, untuk dijadikan Karaeng Laikang.

Sedangkan ibunda Petta Opu sendiri adalah anak Matinroa ri Tompotika.

Dalam buku Warisan Aru Palakka, karya LY Andaya disebutkan bahwa Pemaisuri Keduanya bernama ITanning Daeng Marannu adalah juga Karaeng Laikang, yang dalam sumber lainnya dikatakan sebagai putri Karaeng Bontomarannu.

Hanya saja tidak dijelaskan tentang Karaeng Bontomarannu yang dimaksud.

Dalam salah satu substansi penuturan selanjutnya, IMangngundjungi Daeng Mange, disebutkan bahwa wilayah kerajaan Laikang bisa diperluas karena kemampuan Karaeng Laikang ITanning meminta dan meyakinkan suaminya (Aru Palakka) agar wilayah kekuasaan Laikang dapat ditambah.

ITanning Daeng Marannu ini sempat menikah tiga kali, dan Aru Palakka merupakan suami ketiganya dan tidak memiliki anak.

Lebih lanjut dituturkan bahwa suami pertama Karaeng Laikang ITanning adalah Karaeng Loe ri Bajeng, juga tidak memiliki anak. '

Sedangkan suami keduanya bernama Karaengta Bisei, yang merupakan anak Sultan Abdul Djalil, Raja Gowa.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved