Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Peran TBM dalam Setiap Bencana

SEBUAH organisasi berlabel Tim Bantuan Medis (TBM) Calcaneus Fakultas Kedokteran Unhas berulang tahun pada 10 Oktober lalu.

Editor: Edi Sumardi
GCLAWYERSCHAMBER.COM
Ilustrasi 

Dr Muhammad Hatta

Mantan Ketua BP TBM Calcaneus Fakultas Kedokteran Unhas

SEBUAH organisasi berlabel Tim Bantuan Medis (TBM) Calcaneus Fakultas Kedokteran Unhas berulang tahun pada 10 Oktober lalu. Walau kurang populer dibanding organisasi lain seperti Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kementrian Sosial, sejatinya TBM telah terbentuk pada mayoritas sekolah kedokteran di Indonesia.

Saat ini, terdapat 50 organisasi TBM yang tersebar di 5 wilayah kerja dan tergabung dalam Perhimpunan TBM Mahasiswa Kedokteran Indonesia (PTBMMKI).

Beberapa dari mereka telah lama berkiprah sebagai tim medis kepencintaalaman, kegiatan-kegiatan sosial serta bencana alam.

Pada 1998, misalnya, TBM Mawar Sakti Universitas Trisakti berperan sentral mengawal layanan medis bagi mahasiswa yang beraktivitas di sekitar Gedung MPR/DPR RI.

Mereka didesain sebagai tim kegawatdaruratan medik yang mampu memberikan layanan di medan sulit dan terpencil. Dengan latar belakang kedokteran yang dimilikinya, TBM juga dapat berfungsi sebagai penggerak fasilitas kesehatan yang lumpuh akibat musibah.

Pada musibah nasional Gempa Palu beberapa tahun lalu, misalnya TBM Axis FK Universitas Tadulako dan TBM Arteria FK Universitas Alkhaerat didukung oleh TBM 110 FK UMI dan TBM Calcaneus FK Unhas menjadi motor pemulihan layanan di RS Undata dan Puskesmas Biromaru.

Mereka juga membentuk tim-tim kecil beranggotakan 3-5 orang yang berpatroli laiknya tim gawat darurat serta mendirikan posko-posko kesehatan di area rawan yang membutuhkan layanan medis. Namun, kemampuan multifungsi tersebut belum dimanfaatkan optimal di era pandemi Covid-19 seperti pada saat ini.

“Dipandang remeh” sebagai kegiatan ekstrakurikuler belaka, mereka tidak dilibatkan baik dalam program Makassar Recovery oleh Pemkot Makassar maupun FIT oleh Pemprov Sulsel.

Padahal selaku mahasiswa, mereka justru memiliki mobilitas tinggi sebab tak terjebak rantai birokrasi pemerintahan. Contoh sahih adalah KKT BBPK Antang selaku fasilitas isolasi mandiri pertama yang dibuka bagi masyarakat umum di Makassar.

Saat Pemkot Makassar dan Pemprov Sulsel masih berwacana dan berencana, mereka sudah menerima dan merawat puluhan pasien Covid-19.

Peresmian Kawasan Terpadu Universitas Hasanuddin pada 9 Agustus lalu juga dimotori oleh TBM yang berasal dari 4 fakultas kedokteran yang ada di Makassar, yaitu TBM FK Unhas, TBM UMI, TBM UIN Alauddin dan TBM Universitas Muhammadiyah. Bersama aktivis BEM Unhas, mereka bahu-membahu mulai dari menerima pasien, mendata, memenuhi kebutuhan pokok hingga merujuk ke RS Wahidin pada kasus sedang-berat. Kabar terbaru, fasilitas FIT PPSDM Provinsi Sulsel juga telah melibatkan TBM dari 5 FK yang ada di Makassar.

Keunggulan lain TBM adalah pengetahuan dasar aspek kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Jika diturunkan sebagai pelacak kasus Covid-19 (tracer), mereka sekaligus mengedukasi masyarakat serta kegiatan promosi kesehatan lainnya.

Tak seperti Tim Detektor besutan Pemkot Makassar, mereka dapat mempergunakan pengetahuan khas tersebut sehingga proses edukasi dua arah dapat terlaksana lebih baik dan lebih tepat sasaran.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Kajili-jili!

 

Kajili-jili!

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved