Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Pembelajaran Tatap Muka

Ashabul Kahfi Sebut Belajar Online Picu Potensi Putus Sekolah Hingga Nikah Usia Dini

Anggota DPR RI Komisi IX bidang kesehatan Ashabul Kahfi mengajak semua pihak mendukung pembelajaran tatap muka bagi anak-anak sekolah.

Penulis: Ari Maryadi | Editor: Suryana Anas
Dok Pribadi Ashabul Kahfi
Anggota DPR RI Komisi Kesehatan Ashabul Kahfi. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -- Anggota DPR RI Komisi IX bidang kesehatan Ashabul Kahfi mengajak semua pihak mendukung pembelajaran tatap muka (PTM) bagi anak-anak sekolah.

Politisi berlatar akademisi itu mengatakan pembelajaran tatap muka terbatas harus dilaksanakan karena masa depan pendidikan Indonesia bergantung pada sumber daya manusia. 

Apalagi ditambah dengan keluhan guru dan orang tua yang selama ini melakukan pembelajaran jarak jauh.

Kahfi mengungkapkan, adanya kenaikan angka anak putus sekolah di tengah pandemi.

Termasuk fenomena pernikahan dini hingga malas belajar (lost learning) akibat belajar daring.

Untuk itu Kahfi menilai perlunya membuka kembali sekolah-sekolah dengan penerapan protokol kesehatan.

"Semua pihak harus mendukung PTM dengan perberlakukan protokol kesehatan," kata mantan Wakil Rektor I Unismuh Makassar ini.

Ketua DPW PAN Sulsel itu mengatakan ada sejumlah antisipasi yang dapat dilakukan dalam belajar tatap muka.

Hal itu penting demi mengantisipasi sekolah tidak menjadi kluster baru penyebaran Covid-19.

Antisipasi itu misalnya terhadap variabel peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, serta infrastruktur.

"Belajar tatap muka era pandemi perlu ditangani secara khusus, hati-hati dan serius. Sejatinya, dibukanya kembali sekolah tatap muka tidak hanya berdasarkan karena seluruh guru telah di vaksin. Tetapi juga memperhatikan kesiapan sekolah dalam menggelar pembelajaran tatap muka," kata Kahfi.

Tokoh Muhammadiyah Sulsel itu melanjutkan, penyelenggeraan belajar tatap muka diimplementasikan dengan pembatasan dan penyekatan. 

Di antaranya, penerapan protokol kesehatan secara ketat.

Larangan pembukaan kantin sekolah, kegiatan ekstrakulikuler ditiadakan sementara.

Wajib menghentikan sekolah tatap muka jika ditemukan kasus positif.

Yang juga harus diperhatikan, kata Kahfi, adalah masalah transportasi anak sekolah. 

Anak sekolah ada yang jalan kaki ke sekolah yang jaraknya dekat tapi ada juga yang naik transportasi publik.

Menurutnya, transportasi publik juga harus dipastikan bahwa ini juga sudah aman dan bisa memberikan kenyamanan bagi anak sekolah. 

Ia juga menekankan, keberadaan vaksin saat PTM, menjadi keharusan yang tidak bisa dihindari. 

Vaksin menjadi pelindung saat PTM. Pemerintah perlu mempercepat vaksinasi siswa, sambil menunggu penyelesaian pemberian vaksin, harus dilakukan proteksi kepada anak agar mereka tidak tertular virus corona.

"Yang tidak kalah pentingnya, harus dibuat regulasi, yang mengatur aktivitas guru dan siswa saat berinteraksi. Mulai dari memasuki lingkungan sekolah, selama di sekolah, sampai meninggalkan sekolah," kata Kahfi.

Dalam PTM pada masa pandemi, fokus perhatiannya adalah kesehatan anak dan guru. 

Guru dan penyelenggara sekolah harus mengenali gejala-gejala covid. 

Jangan sampai guru tidak mengenali gejala covid, dan kemudian terinfeksi covid, namun tetap mengajar. 

"Untuk memahami gejala covid yang bermacam-macam, maka sekolah hendaknya berkoordinasi dengan Puskesmas," sambung Kahfi.

Kahfi mengatakan, pengenalan gejala itu sangat penting guna melakukan pencegahan. 

Meski merasa sehat, tapi ada gejala maka tidak boleh masuk ke sekolah. 

Orang tua juga harus bisa melakukan pengenalan gejala pada anak. Kalau anak ada alergi maka dia tidak boleh sekolah. 

Hal ini dilakukan selama dua minggu kemudian dievaluasi sesuai dengan masa inkubasi. Jadi bisa dipastikan apakah terjadi infeksi di kalangan guru atau murid. (*)

Laporan Kontributor TribunMakassar.com @bungari95

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved