Tribun Kesehatan
Intip Pentingnya Manajemen Kebersihan Saat Menstruasi di Lingkungan Sekolah
LemINA melakukan diskusi tentang Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) di lingkungan sekolah
Penulis: Muhammad Fadhly Ali | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Yayasan Lembaga Mitra Ibu dan Anak (LemINA) program Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) melakukan Diskusi Kelompok Terfokus (DKT) pada siswa perempuan kelas 4, 5 dan 6 yang sudah menstruasi di 20 SD di Makassar pada (9-31/3/2021).
Ketua Yayasan LemiNA Nurfitriana Majid dalam Diskusi Publik di Hotel Pesonna Jl Mappayukki Makassar mendapatkan tiga keterbatasan yang menyebabkan lingkungan sekolah dan madrasah belum optimal dalam melaksanakan MKM.
"Minimnya akses informasi mengenai cara mengelola kebersihan menstruasi, terbatasnya pengetahuan guru dan orang tua tentang MKM dan terbatasnya sarana sanitasi yang layak di sekolah," kata Fitri sapaannya dalam rilis yang diterima Sabtu (25/9/2021).
Terkait hasil DKT, menunjukkan hanya 57,2 persen siswa yang melakukan frekuensi ganti pembalut sesuai dengan standar praktik MKM yang dianjurkan yaitu 4 jam-5 jam.
Dan hanya 9,2 persen siswa yang tahu alasan mengganti pembalut dari segi kesehatan.
Begitupun dengan cara membuang pembalut, hanya 48 persen siswa membuang pembalut sesuai standar yakni membungkusnya dengan plastik atau kertas kemudian dibuang ke tempat sampah.
Dan hanya 36,7 persen siswa yang tahu cara mengatasi masalah tembus saat menstruasi.
Pengetahuan siswa perempuan yang belum menstruasi dan siswa laki-laki terkait apa yang harus dilakukan ketika melihat temannya yang tembus juga masih sangat terbatas.
Hasil DKT menunjukkan hanya 7,7 persen siswa laki-laki dan 11,4 persen siswa perempuan yang tahu akan pentingnya menghormati teman mereka yang sedang menstruasi dengan cara menawarkan bantuan untuk membelikan pembalut, tidak mengejek, merundung (bullying) atau menyarankan temannya untuk menutupi rok atau celana yang terkena darah mentruasi dengan tas atau jaket.
"Pengetahuan dan praktik MKM siswa yang terbatas bisa memberikan dampak pada masalah pendidikan dan munculnya masalah kesehatan seksual dan reproduksi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebanyak 1.891 siswa perempuan dan laki-laki diberikan edukasi MKM," katanya.
Saat edukasi, siswa diajarkan berbagai materi terkait seputar MKM oleh guru di masing-masing sekolah.
Selain itu, LemINA menyediakan akses informasi dalam bentuk media komunikasi seperti buku komik dan cerita, stiker, poster, video dan pouch pembalut sebagai strategi komunikasi yang menarik dan mudah dipahami oleh anak.
Turut hadir dalam diskusi tersebut Sekretaris Disdik Makassar Amalia Malik, Dokter Obstetrics & Gynecology Specialist dan Perwakilan Kepala Sekolah Dasar Penerima Manfaat Program MKM.
Peran guru dan orang tua sangatlah penting sebagai sumber informasi yang paling banyak dijadikan rujukan oleh anak terkait menstruasi, namun guru dan orang tua tidak selalu memberikan informasi yang akurat dan menyeluruh.
Akibat ketidaktahuan dan kurangnya informasi yang benar, banyak stigma, mitos dan kepercayaan dan miskonsepsi terkait menstruasi misalnya larangan keramas, berolahraga, minum air es, makan daging dan buah tertentu saat menstruasi.