Agus SBY
Andai Jokowi Ikuti Pendapat AHY Lockdown Indonesia Saat Itu, Ini yang Terjadi Versi Denny Siregar
Andai Jokowi Ikuti Pendapat Ketum DPP Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) lockdown Indonesia Saat Itu, Ini yang Terjadi Versi Denny Siregar
Penulis: Sakinah Sudin | Editor: Mansur AM
Virus ini pertama kali dimulai pada akhir 2019, di Wuhan, Cina. Virus ini kemudian menyebar ke banyak negara lain dan sekarang menyerang 210 negara dan wilayah, termasuk Indonesia.
Semua orang, berapapun usia beresiko, tetapi orang tua dan orang-orang yang memiliki kondisi medis yang sudah ada sebelumnya termasuk: asma, diabetes dan penyakit jantung berada pada risiko yang lebih tinggi daripada yang lain.
Virus Corona tidak hanya mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia, tetapi juga mempengaruhi ekonomi banyak negara.
Banyak orang kehilangan pekerjaan mereka, terutama mereka yang memiliki pekerjaan tidak penting, dan karena itu mereka kehilangan penghasilan.
Setelah memahami situasi ini, saya ingin menyarankan kebijakan penguncian untuk menghentikan dan mencegah transmisi Covid-19 dan mengurangi jumlah korban.
Kebijakan penguncian (lockdown) telah dipraktekkan di Negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Cina, Singapura dan banyak negara Eropa.
Telah terbukti bahwa itu membantu mengendalikan dan mengurangi penyebaran virus.
Penguncian harus dilakukan terutama di kota-kota padat yang sangat terpengaruh.
Selama lockdown, orang tidak diperbolehkan meninggalkan rumah mereka kecuali itu mendesak atau mereka memiliki pekerjaan penting.
Inti dari kebijakan ini adalah disiplin menjaga jarak fisik.
Karena itu, pemerintah harus mendidik dan menginstruksikan orang untuk bekerja dan belajar dari rumah.
Ini berarti bahwa semuanya harus dilakukan secara virtual.
Tentu saja ini akan mengubah gaya hidup banyak orang, tetapi ini untuk kebaikan yang lebih besar.
Saya harap Anda akan mempertimbangkan saran saya.
Terima kasih atas waktu Anda."
Filipina Cabut Kebijakan Lockdown
Dilansir dari artikel Tribunnews.com berjudul Lockdown Tidak Efektif, Filipina akan Terapkan Kebijakan Pembatasan Mirip di Indonesia? , Filipina termasuk satu negara di Asia Tenggara yang kerap memberlakukan kebijakan lockdown jika kasus Covid-19 melonjak lagi.
Namun setelah beberapa kali diberlakukan Filipina kini menyerah.
Filipina akan mencabut lockdown di ibu kota Manila pekan ini.
Meskipun kasus harian Covid-19 di negara itu justru naik dua kali lipat dibandingkan awal pemberlakuan lockdown.
Perekonomian negara di Asia Tenggara itu dikhawatirkan semakin terpuruk jika terus menerus menerapkan lockdown.
Sebagai gantinya, Filipina akan menguji coba lockdown lokal atau pembatasan dalam beberapa kegiatan masyarakat untuk membangkitkan kembali perekonomian.
Kabarnya pembatasan ini nantinya mirip yang dilakukan di Indonesia seperti PSBB atau PPKM yang pernah dan sedang diberlakukan di Indonesia.
Keputusan pencabutan lockdown tersebut disampaikan juru bicara kepresidenan Filipina, Harry Roque, pada Minggu (5/9/2021).
Lebih dari 13 juta warga Manila di-lockdown sejak 6 Agustus, di tengah rekor lonjakan kasus Covid-19 yang dipicu oleh varian Delta.
Langkah untuk mencabut lockdown Manila dimulai pada Rabu (8/9/2021), tetapi ini justru terjadi saat kasus virus corona harian naik dua kali lipat.
Dalam tiga hari terakhir kasus Covid-19 di Filipina bertambah di atas 20.000 per hari.
Ini membebani rumah sakit yang sudah tertekan akibat kekurangan perawat.
"Penguncian lokal akan diujicobakan di Metro Manila," kata Roque, seraya menjelaskan bahwa perumahan, gedung-gedung, atau jalan juga bisa terdampak.
"Ini sama saja dengan lockdown total jika Anda terdampak pada penguncian granular (lokal)- bahkan makanan akan dikirimkan kepada Anda."
Namun, belum ada rincian lebih lanjut tentang bagaimana langkah-langkah yang lebih bertarget ini akan ditegakkan.
Pembatasan yang lebih ringan di Manila, yang menyumbang sekitar sepertiga perekonomian Filipina, akan memungkinkan banyak bisnis dibuka kembali dan memacu pariwisata lokal.
Berdasarkan pedoman sebelumnya, restoran akan diizinkan untuk menerima pengunjung dan salon kecantikan dibolehkan beroperasi dengan kapasitas yang dikurangi.
Jumlah jemaat juga dibatasi di gereja saat menggelar kebaktian.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte baru-baru ini mengatakan, negara itu tidak mampu lagi melakukan lockdown karena menghancurkan ekonomi dan membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan.
Situasi diperparah dengan hanya sekitar 19 persen dari target populasi yang sudah divaksin dosis penuh, kemudian rumah sakit terisi cepat.
Total kasus Covid-19 di Filipina melebihi 2 juta dengan angka kematian di atas 34.000. (Tribun-timur.com/ Sakinah Sudin/ Tribunnews.com/ Hasanudin Aco)
