Kisah Pahlawan
Kisah Wolter Mongisidi, Ditangkap di SMP Nasional Makassar dan Dikhianati Kawan Sendiri
Dia bukan warga Sulawesi Selatan, namun jiwa nasionalismenya begitu tinggi sehingga rela mati muda untuk mengusir penjajah dari bumi Sulawesi Selatan.
Saat membersihkan sel Monginsidi, sepucuk surat ditemukan terselip di antara celah dinding oleh petugas. Isinya seperti ini :
"Dengan bantuan Tuhan, aku akan menjalani hukuman mati ini. Aku tidak mempunyai rasa dendam pada siapapun, juga tidak pada mereka yang menjatuhkan hukuman ini. Tetapi aku yakin segala pengorbanan, air mata dan darah pemuda-pemuda kita, akan menjadi pondamen yang kuat untuk tanah air Indonesia, yang kita cintai ini."
Sebuah kalimat turut tertera tak jauh dari isi surat. Agaknya, Monginsidi baru menambahkan kata-kata di surat tersebut beberapa saat sebelum menemui ajal. Kalimat inilah yang masih menggaung hingga detik ini: "Setia hingga akhir di dalam keyakinan".
Eksekusi mati Monginsidi terjadi saat Indonesia dan Belanda tengah meredakan ketegangan lewat serangkaian pembicaraan damai yang bermuara pada Konferensi Meja Bundar. Pada 10 November 1950, jasad Monginsidi dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Panaikang, Makassar.
Kemudian pada 6 November 1973, Presiden Soeharto memberi gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
Kisah Perjuangan Wolter Monginsidi
Cukup banyak serangan yang dibuat LAPRIS yang berhasil karena informasi yang didapatkan dari Robert Wolter Monginsidi.
Pada suatu waktu di Kota Makassar, terdapat jip militer milik Belanda memasuki tangsi
Di depannya telah menunggu 4 orang, berpakaian tentara yaitu Robert Wolter Monginsidi bersama 3 pejuang lainnya yaitu Abdullah Hadade, HM Yoseph, dan Lewang Daeng Matari.
Jip dihentikan, Robert Wolter Monginsidi menodongkan pistol ke arah kepala satu-satunya orang yang ada di mobil itu, seorang kapten rupanya.
Seragam dan tanda pangkat sang kapten dilucuti, lalu dikenakan oleh Monginsidi serta mobil pun diambil-alih.
Robert Wolter Monginsidi dan kawan-kawannyaya mengendarainya ke arah tangsi.
Saat masuk, mereka tak dikenali, kemudian berhasil masuk ke tangsi serdadu Belanda.
Suasana mendadak riuh saat Robert Wolter Monginsidi memberondongkan senapannya ke area tangsi.
Para penghuninya pun panik, bubar, dan lari menyelamatkan diri .