Guru Besar Unhas
Guru Besar Unhas Wakili Menteri Temui Wapres Iran,Prof Kadir: Resiliensi Iran Hebat, Patut Dicontoh
Prof Kadir katakan,Kemenkes RI dan Pemerintah Iran akan kerjasama dalam pengembangam Robotic tele surgery, bioteknology, Nanotechnology,dan Stem Cell
“Ini paling penting, transformasi itu dimana sebenarnya. Ternyata layanan primer kita, atau biaya kesehatan kita gunakan itu 85% bahkan 95% itu digunakan untuk biaya kuratif. Sedangkan sekitar 10% sampai 15% digunakan untuk preventif dan promotif. Inilah harus kita balik,” jelas Prof Kadir.
Reformasi Farmasi
Namun Prof Kadir ingatkan, hal utama dalam Kesehatan adalah layanan primer, Puskesmas, klinik kesehatan dan sebagainya.
Olehnya kita harapkan bahwa kita harus melakukan transformasi, dimana fungsi Puskesmas kita kembalikan ke asalnya, dimana untuk kesehatan masyarakat.
“Supaya mencegah orang sakit, dan memperbanyak orang sehat. Untuk menjadi sehat itu yang paling utama bagaimana merubah perilaku masyarakat menjadi hidup sehat, dan untuk merubah itu promotif dan preventif,” kata Prof Kadir.
Selama ini layanan primer kita itu terlalu banyak kegiatan kuratifnya, kenapa ada kapitasi yang besar di situ. Kapitasi ini sampai 10 ribu orang misalnya, menyebabkan beralih dari kesehatan masyarakat menjadi kuratif.
“Oleh karena itu kita sepakat di Kementerian Kesehatan, kita sampaikan ke DPR komisi IX bahwa tahun depan paradigma ini harus diubah. Fungsi promotif dan preventifnya minimal 70% sedangkan fungsi kuratitnya minimal 30%. Kita akan membuatkan regulasi supaya BPJS kesehatan mendistribusikan dan merealokasi kapitalisi pasiennya ke klinik swasta dan praktek swasta. Sehingga beban Puskemas semakin kurang,” jelas Prof Kadir.
Dijelaskan Prof Kadir, rasio tempat tidur yang ada di Indonesia tiga per seribu penduduk, kita belum mencapai. Kita masih berada di sekitar 1 sampai 1,18 tempat tidur dan ini kita akan diburu.
“Di sisi lain kita lakukan reformasi di bidang farmasi, dimana sampai sekarang ini kita masih tergantung impor, 90% ketergantungan obat kita adalah impor, oleh karena itu kita ubah. Bagaimana 90% minimal 40% bisa diproduksi Indonesia. Oleh kita membutuhkan reformasi di sektor farmasi,” kata Prof Kadir.
SDM Dokter
Tak kalah penting dalam hal Kesehatan adalah ketersediaan SDM.
“Saya tanyakan kepada teman-teman saya berapa sih jumlah dokter sekarang ini? Ternyata jumlah dokter kita 120 ribu. Kalau demikian, untuk mencapai rasio dokter itu, maka membutuhkan 140 ribu. Saya tanyakan ke institusi kedokteran, berapa sih kemampuan produksi per tahun di Indonesia, ternyata cuman 12 ribu,” kata Prof Kadir.
“Jadi kalau mau menambah, 140 ribu dokter, membutuhkan waktu minimal 12 tahun, terlalu lama. Ke depan jumlah produksi dokter ini ditingkatkan. Kita akan melakukan skema dimana putra putri terbaik dari daerah untuk daer ah terpencil disekolahkan dengan syarat kembali ke daerah masing-masing untuk mengabdi,” jelas Prof Kadir menambahkan.(*)