Guru Besar Unhas
Guru Besar Unhas Wakili Menteri Temui Wapres Iran,Prof Kadir: Resiliensi Iran Hebat, Patut Dicontoh
Prof Kadir katakan,Kemenkes RI dan Pemerintah Iran akan kerjasama dalam pengembangam Robotic tele surgery, bioteknology, Nanotechnology,dan Stem Cell
“Sistem kesehatan kita di Indonesia ini sedang diuji dengan adanya pandemi Covid-19. Ternyata, ibarat orang ujian, kita tidak lulus. Kenapa tidak lulus karena kita kadang kabur pada saat ada masalah pandemi Covid-19 ini. Oleh karena itu kita tentunya harus melakukan perubahan. Perubahan itulah yang disebut tranformasi sistem kesehatan di Indonesia,” jelas Prof Kadir.
Dijelaskan Prof Kadir bahwa target Kementerian Kesehatan 2021 tetap mengacu pada RPJMN, dimana lima prioritas utama untuk pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan dasar itu harus dilaksanakan dengan upaya promotif dan preventif.
“Tentunya dalam upaya promotif dan preventif ini didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi,” ujar Prof Kadir.
Lima indikator RPJMN tentang Kesehatan mulai dari peningkatan kesehatan ibu dan anak, mempercepat perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan pengendalian penyakit, pemberdayaan gerakan masyarakat sehat, dan penguatan sistem kesehatan.
“Kita ketahui bersama bahwa visi bidang kesehatan di Indonesia itu mengacu SDGs. Itu SDGs bidang 3 yaitu bahwa kita harus menjamin kesehatan, dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk, mulai dari Sabang sampai Merauke, usia dari bayi sampai orang tua. Itu semua kita harus jamin. Oleh karena itu kita harapkan RPJMN 2020-2024 ini mampu memberikan arah pembangunan kesehatan kita,” jelas Prof Kadir.
Pandemi Covid-19 dinilai Prof Kadir sebagai waktu tepat melakukan transformasi kesehatan. “Kenapa, karena krisis memberikan kesempatan terbaik untuk berubah. Jadi krisis ini tidak harus menjadi sifatnya adalah mematikan kita semua, tapi krisis ini mampu membuat kita melakukan transformasi,” kata Prof Kadir.
Menurutnya, pandemi Covid-19 juga menyadarkan resiliensi sektor kesehatan, bagaimana sektor kesehatan kita bilamana terjadi pandemi, dan tentunya sistem kesehatan Indonesia siap untuk transformasi.
“Pandemi ini membuka mata kita akan masalah sistem yang ada di Indonesia yang harus kita perbaikilah untuk kapasitas resiliensi Kesehatan,” tegas Prof Kadir.
Belanja Kesehatan
Dalam ngobrol virtual dengan Tribun Timur, beberapa pekan lalu, Prof Kadir juga menegaskan bahwa ternyata secara global, biaya kesehatan terus meningkat. Sayangnya peningkatan biaya kesehatan ini tidak diikuti GDP kita.
“Jadi ibaratnya ada suami istri di dalam satu rumah tangga, pengeluaran istrinya jauh lebih besar dari pendapatan suami. Sehingga menjadi mines terus, inilah yang terjadi di Indonesia. Ini dialami beberapa negara seluruh dunia,” kata Prof Kadir.
Oleh karena itu, lanjut Prof Kadir, kalau kita melihat apakah dengan menambah belanja kesehatan dapat menjamin usia harapan hidup, ternyata tidak.
Prof Kadir mencontohkan Amerika Serikat. Dengan belanja kesehatan sekitar 40 ribu dolar ternyata umur harapan hidupnya cuman 73 tahun, dibandingkan dengan Jepang yang 5 ribu dolar, tapi harapan hidupnya lebih tinggi.
“Ternyata peningkatan belanja kesehatan itu tidak menjamin peningkatan usia harapan hidup masyarakat,” ujar Prof Kadir.
Lebih lanjut Prof Kadir jelaskan, Indonesia masih mempunyai masalah kesehatan yang persisten, mulai dari beban tuberkulosis kita nomor dua di dunia, kemudian penyakit menular masih tinggi, dan paling penting masalah kesehatan kita adanya perokok masih tinggi di Indonesia.