Khazanah Islam
Ini 6 Penyebab Pria Wanita Wajib Mandi Junub, Sesuai Hadist Keluar Mani hingga Bertemu Dua Kemaluan
Selain tata cara mandi wajib, masih ada kaum muslim yang tidak mengetahui penyebab seseorang wajib melakukan mandi Junub atau mandi wajib.
Para ulama kemudian meluaskan makna jima’ bukan hanya pada suami istri saja, tetapi jima’ terjadi juga pada orang dewasa atau anak kecil. Juga termasuk jima’ baik dilakukan kepada wanita yang masih dalam keadaan hidup ataupun dalam keadaan mati.
Termasuk juga, bila kemaluan dimasukkan ke dalam dubur, baik dubur wanita, ataupun dubur laki-laki. Termasuk bila seseorang bersetubuh dengan hewan. Semuanya mewajibkan mandi janabah, terlepas perbuatan itu terlarang dalam Islam.
Hal yang sama, berlaku juga untuk wanita. Di mana bila faraj-nya dimasuki oleh kemaluan laki-laki, baik dewasa atau anak kecil, baik kemaluan manusia maupun kemaluan hewan, baik dalam keadaan hidup
atau mati, termasuk juga bila yang dimasuki itu duburnya. Semua yang disebutkan di atas termasuk hal-hal yang mewajibkan mandi janabah, meskipun tidak sampai keluarnya mani.
Dalil yang mewajibkan mandi janabah atas sebab ini, sebagaimana berikut:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ: "إذَا جَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الأَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدهَا فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ." (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ) وَزَادَ مُسْلِمٌ: "وَإِنْ لَمْ يُنْزِلْ"
Dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: “Bila seseorang duduk di antara empat cabangnya kemudian bersungguh-sungguh (menyetubuhi) maka wajib atasnya mandi. (HR. Bukhari Muslim). Dalam riwayat Muslim ditambahkan: “Meski pun tidak keluar mani.”
3. Meninggal
Para ulama sepakat bahwa seseorang yang meninggal dunia dari kalangan umat Islam membuat orang Islam yang hidup, wajib untuk memandikan jenazahnya.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ: أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم قَالَ فِي الَّذِي سَقَطَ عَنْ رَاحِلَتِهِ فَمَاتَ: "اغْسِلُوهُ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ، وَكَفِّنُوهُ فِي ثَوْبَيْنِ." (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
i Ibnu Abbas ra: Nabi saw bersabda mengenai orang yang terjatuh dari kendaraannya kemudian meninggal, “mandikanlah ia dengan air dan bidara, dan kafankanlah dengan dua lapis kainnya.” (HR. Bukhari Muslim)
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيْنَا النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم وَنَحْنُ نُغَسِّلُ ابْنَتَهُ, فَقَالَ: "اغْسِلْنَهَا ثَلَاثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ، إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ، بِمَاءٍ وَسِدْرٍ, وَاجْعَلْنَ فِي الْآخِرَةِ كَافُورًا, أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُورٍ." فَلَمَّا فَرَغْنَا آذَنَّاهُ، فَأَلْقَى إِلَيْنَا حِقْوَهُ. فَقَالَ: "أَشْعِرْنَهَا إِيَّاهُ." (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Dari Ummu Athiyyah ra berkata: Nabi saw masuk ketika kami sedang memandikan jenazah puterinya, lalu beliau bersabda: "Mandikanlah tiga kali, lima kali, atau lebih dari itu. Jika kamu pandang perlu pakailah air dan bidara, dan pada yang terakhir kali dengan kapur barus :kamfer) atau campuran dari kapur barus." Ketika kami telah selesai, kami beritahukan beliau, lalu beliau memberikan kainnya pada kami seraya bersabda: "Bungkuslah ia dengan kain ini." (HR. Bukhari Muslim)
4. Haid
Haid atau menstruasi adalah kejadian alami yang wajar terjadi pada seorang wanita dan bersifat rutin bulanan. Keluarnya darah haid itu justru menunjukkan bahwa tubuh wanita itu sehat. Al-Qur’an sendiri menyebut wanita yang haid sedang mengeluarkan kotoran. Dan para ulama sepakat bahwa haid juga merupakan sebab diwajibkan mandi janabah.