Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

OPINI

Briefing Ketahanan Covid-19

Trend Secara global jumlah kasus sudah melebihi 3,8 juta kasus, meningkat 8% dari pekan sebelumnya

Editor: Suryana Anas
Dok Pribadi
Ridwan Amiruddin, Epidemiolog Unhas 

OPINI oleh Ridwan Amiruddin, Epidemiolog Unhas

Seluruh Sahabat Yang Baik Hati, tabe Iye, Saya hanya mau ingatkanki, Sebaiknya Dalam kondiri Seperti Sekarang ini KURANGI DULU KEGIATAN DILUAR RUMAH, Tolong JAGA KESEHATANTA BAIK2.

Cukupmi Saya Saja yang Rasakan begitu beratnya kalau kita berada di UGD, hampir setiap beberapa menit orang Masuk UGD dan hampir bersamaan juga orang dikeluarkan karena meningggal, Pengalaman dan Pemandangan yang Sangat Sangat Mengerikan, Hampir Setiap Saat kita mendengar orang menangis diluar Sana, Sekali Lagi Saudaraku jaga Propotokol Kesehatan ta,Janganki Kasihan Pandang enteng Covid ini, jangan suruh datang keluarga kalau tdk pentingg amat,batasiki keluar Lumah,Cuci Tangan, dan jaga jarak dan pakai masker terus iye, Terima kasih saudaraku, Wassalam (pasien covid)

Quote itu adalah pesan dari pasien yang sedang di UGD, sedang dalam perawatan covid 19.

Trend Secara global jumlah kasus sudah melebihi 3,8 juta kasus, meningkat 8% dari pekan sebelumnya rata rata 540,000 kasus baru dilaporkan setiap hari.

Trend peningkatan kematian secara tajam terjadi  lebih 69,000 meningkat 21% dari pekan sebelumnya.

Secara global hampir 194 juta kasus dengan kematian sebesar 4 juta. 

Secara nasional, Data per 30 Juli 2021 Persebaran covid 19 secara nasional menunjukkan trend yang berubah cepat ke wilayah risiko tinggi, dalam sepekan terakhir 37.94% wilayah Indonesia masuk kategori risiko tinggi, 53,89% risiko sedang dan 7,98 wilayah yang rendah.

Pergeseran zonasi risiko ini memberikan indikasi kematangan pandemic yang perlu perhatian sangat serius.

Data nasional  per 30 Juli menunjukkan jumlah kasus total 3.372.374 dengan kematian 1,759. Dengan positifity rate 25,53%.

Kondisi ini menempatkan Indonesia dalam  daftar Negara dengan ketahan terhadap Covid 19 yang terendah secara global dengan respon yang terbastas

. Pemerintah masih disibukkan dengan pemenuhan vaksin untuk populasi yang besar, Negara sepertinya kebingungan mengambil langkah pengendalian yang tepat.

Meski dari sudut pandang pemerintah, sudah melaksanakan pengendalian dengan baik hingga sudah bersiap untuk melakukan pelonggaran. Mestinya tetaplah waspada.

Selesaikan persoalan mendasar dalam pengendalian pandemik ini, perbaiki program 3T secara maksimal.

Suplai vaksin secara maksimal (cakupan vaksinasi dosis 1; 22%  dan 9,7%  untuk dosis ke dua) dan Program bantuan sosialnya supaya tepat sasaran.

Kondisi pertumbuhan dan persebaran covid yang tidak terkontrol ini  dapat disebabkan oleh kemampuan menahan laju persebaran penyakit tersebut tidak sebanding dengan kecepatan penularan penyakit itu sendiri. 

Kemampuan transmisi Sarcov2 dipicu oleh kemampuan mutasi virus yang sangat tinggi.

Dari aspek host/populasi manusia, terdapat beberapa entry point kasus semakin meluas ke semua kelompok populasi.

Aspek biologi yang merupakan imunitas respon tubuh yang masih terbatas dalam menghalau virus covid-19, interaksi social warga yang tidak bisa di control.

Kepatuhan terhadap protokol kesehatan yang rendah, mobilitas penduduk yang sangat tinggi, kurangnya keterbukaan pasien terhadap kondisi dan riwayat penyakitnya, dukungan lingkungan untuk penerapan protokol kesehatn yang masih minim, contoh yang buruk dari tokoh masyarakat terhadap penerapan protokol kesehatan dan konsistensi intervensi yang di jalankan lebih pada aspek kuratif  saja. 

Narasi dari pemerintah dalam pengendalian covid 19 selalu pentingnya upaya pencegahan, namun fakta-fakta lapangan lebih terfokus pada aspek penambahan BOR rumah sakit, penyediaan tabung oksigen, hingga suplai obat yang kosong di apotik.

Pada pendekatan jangka pendek itu penting, tapi tidak menuntaskan persoalan karena tentu ada batas jenuh upaya upaya tersebut. 

Sekali lagi bagaimana indikator pemutusan mata rantai berupa tracing, tidak bergerak membaik.  (capaian baru 1:1,76 perkotak erat), Berikan kewenangan dan dukungan yang luas bagi pihak faskes untuk melakukan pelacakan kasus Sebagai ujung tombak pemutusan mata rantai penularan.

Tindak lanjut dari tracing tentu testing, kemudian isolasi atau perawatan bagi yang memerlukan. 

Evaluasi program Isolasi mandiri yang dianjurkan pemerintah, sepertinya telah memberiakn hasil yang kurang baik.

Ribuan kematian yang terjadi karena isolasi mandiri yang mengalami perburukan. 
Sarcov2 dan berbagai varian barunya. Memberikan perburukan yang cepat tanpa pasien dan keluarga menyadarinya.

Sementara proses mencari perawatan di RS yang ternyata sudah antrian karena penggunaan tempat tidur yang sudah tinggi (sudah diatas 70%), akhirnya antrian dipelataran RS.

Berujung pada layanan semakin tidak adekuat, petugas yang semakin kelelahan, koordinasi semakin tidak maksimal hingga layanan RS memasuki fase kelumpuhan.

Inilah akhir dari wacana yang selalu mendewakan RS dalam menyeleseikan setiap masalah kesehatan.

Bagaimana dengan program tracing? Bagaimana melakukan dan apa indikatornya, sepertinya ini masih pekerjaan rumah satgas yang tidak bisa di tuntaskan.

Pada satu sisi inilah program esensial yang sangat strategis untuk memutus mata rantai penularan, menghentikan pertumbuhan kasus baru.

Point pentingnya pada program penggerakan sumber daya potensial di puskesmas.

Persoalannya program tracing sepertinya  merupakan program yang tidak seksi, bersifat pergerakan sumber daya  yang massive dan butuh  keahlian yang khusus; butuh ahli epimiologi untuk mengurainya.

Akhirnya pandemic covid akan terus bertumbuh karena tidak menyentuh pemutusan mata rantai secara esensial. 

Tugas pemerintah adalah kembali menata program tracing, testing dan treatment secara professional dan komprehensiv dan untuk seluruh warga masyarakat untuk lebih peduli kesehatan dengan memperketat program 5M.

Wilayah dengan PPKm level 4 yang cenderung semakin meluas ini, menuntut  kita semua lebih peduli pada kesehatan, saling mendukung dan memberikan jalan keluar terbaik di wilayah masing masing.

Makassar 31 Juli 2021
*Ketum PERSAKMI
*Epidemiolog

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved