Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Seniman Makassar Meninggal

Catatan In Memoriam Safrullah 'Roell' Sanre: 'Jangan Bilang dari Saya!'

Ia menjadi saksi dan mendengar aksi ‘heroik’ sejumlah seniornya menjadi aktor dalam pergolakan mahasiswa yang menandai lahirnya istilah Aktivis 66.

Editor: AS Kambie
zoom-inlihat foto Catatan In Memoriam Safrullah 'Roell' Sanre: 'Jangan Bilang dari Saya!'
dok.tribun
Roell Sanre

Boleh dikata, Peristiwa Malari 1974 itu boleh dikata menjadi titik balik bagi seorang Roell Sanre menemukan jati diri sesungguhnya.

Ia merasakan atmosfir lain, belum genap setahun ia kuliah di kampus ‘Ganesha’.

Kak Roell berbalik menjadi aktivis mahasiswa.

Dari sebelumnya dikenal pendiam. Hari-harinya juga rutin. Dari asrama ke kampus. Belajar dan kerja tugas.

Sebagai aktivis kampus di Bandung, nama Roell Sanre sudah tidak asing lagi dikalangan mahasiswa.

Ia dikenal vokal, kritis dan aktif dalam berbagai aksi parlemen jalanan yang menentang rezim orde baru.

Kak Roell pun sering berorasi di lapangan basket ITB tahun 1980-an bersama aktivis lainnya seperti Irzaldi Mirwan, Mahin Inka, dan Yayak Kencrit.

Selain itu, jiwa seninya tersalurkan dengan aktif dalam Grup Apresiasi Sastra (GAS) ITB seangkatan Nirwan Dewanto, M Fadjroel Rachman, Arya Gunawan, Kurnia Effendi, Sujiwo Tejo, dan lain-lain.

Di balik kesibukannya sebagai aktivis kampus, Kak Roell tak lupa adik-adiknya.

Ia menginisiasi Lembaga Kebudayaan Sulawesi Selatan (LKSS) ITB sebagai wadah silaturahmi para mahasiswa dan pelajar asal Sulawesi Selatan yang merantau menempuh pendidikan di Bandung.

Bahkan ia meluangkan waktu melalui Yayasan Latimojong yang dibidani Prof Ahmad Amiruddin (mantan Rektor Unhas dan Gubernur Sulsel) membantu dan menfasilitasi beasiswa, akomodasi dan sekaligus orang tua asuh bagi sejumlah pelajar lulusan SMP yang berprestasi dari Sulsel untuk melanjutkan studi di SMA favorit di Bandung dan kuliah di kampus ternama kota kembang itu.

“Kak Roell berjasa besar sampai kami-kami bisa ke Bandung,” tutur Haryadi Kaimuddin, CEO Kalla Grup yang juga Ketua Ikatan Alumni ITB (IA-ITB) Sulawesi Selatan.

Seiring waktu, terutama saat jatuhnya orde baru yang dengan sengit ditentangnya, Kak Roell menepi dari hiruk pikuk panggung politik. Ia memilih pulang kampung.

Di Makassar ia menghabiskan waktu dan menyibukkan diri sebagai seniman dan penyair.

Pamornya sebagai aktivis tenggelam bersamaan dengan tumbangnya kekuasaan Soeharto yang dianggapnya jauh dari kata demokrasi yang selama ini diperjuangkan Kak Roell dkk.

Lama tak terdengar, nama Roell Sanre baru muncul lagi memasuki tahun 2014.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved