Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Lois Owien

dr Lois Kini Berurusan dengan Mabes Polri Gegara Ucapan soal Covid-19? dr Tirta Ungkap Kabar Terkini

dr Tirta Mandira Hudhi menyebut kasus dr Lois akan dilimpahkan dari dari Cyber Polda Metro Jaya ke Mabes Polri. Gegara ucapan dr Lois soal Covid-19?

Editor: Sakinah Sudin
Kolase Tribun Timur/ Sakinah Sudin
Kolase: Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran dan dr Tirta (Instagram @dr.tirta), serta dr Lois Owien (Instagram @dr_lois7). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Benarkah dr Lois kini berurusan dengan pihak kepolisian , khususnya Mabes Polri, atas pernyataannya soal Covid-19?

Aktivis Covid-19, dr Tirta Mandira Hudhi membagikan kabar terbaru terkait kasus dr Lois lewat akun Instagram @dr.tirta, seperti dilansir Tribun-timur.com.

dr Tirta tampak memposting latar hitam berisi tulisan.

Dia menyebut kasus dr Lois akan dilimpahkan dari Cyber Polda Metro Jaya ke Mabes Polri.

"Dikarenakan kasus bu lois sudah menjadi atensi nasionl. Kasus bu lois akan dilimpahkan dari cyber polda metro jaya, ke mabes polri.

Press Release akan menunggu proses dari mabes polri," demikian isi tulisan dalam postingan dr Tirta.

dr Tirta kemudian memperjelasnya melalui caption.

"Press release awalnya dijadwalkan hari ini, tetapi kasus bu lois sudah menjadi atensi nasional sehingga dilimpahkan ke mabes polri

Jadi buat detailnya tunggu saja press release dari mabes polri

Yang bersangkutan sudah ada di polda metro jaya lalu akan ditangani mabes polri

Demikian informasi buat kawan2. Terimakasih POLRI ! @poldametrojaya @divisihumaspolri @bareskrim.polri," tulis dr Tirta, Senin (12/7/2021) seperti dilansir Tribun-timur.com.

dr Lois akan Bubarkan IDI

Diberitakan sebelumnya, nama dr Lois Owien jadi sorotan publik setelah tampil di acara Hotman Paris, beberapa waktu lalu.

Dalam program tersebut, dr Lois Owien mengatakan yang tak percaya dengan Covid-19.

Selain tak percaya Covid-19, Lois Owien  juga menyebut banyanya orang pasien positif Covid yang meninggal bukan karena infeksi virus corona.

Mereka meninggal akibat interaksi obat yang berlebihan.

Dia menyebut,  obat-obatan yang digunakan untuk pasien Covid-19 telah menimbulkan komplikasi di dalam tubuh.

Yang terbaru, dr Lois juga mengeluarkan pernyataan akan membubarkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Dia juga mengaku punya kuasa penuh membubarkan IDI serta mencabut izin praktek nakes yang ia anggap salah.

pernyataan dr Lois itu ia posting di akun Instagram @dr_lois7

"Hak penuh bagi saya mengatur kedokteran sesuka hati saya. Bubarkan ID pun saya punya kuasa penuh," demikian pernyataan dr Lois.

Postingan dr Lois di akun Instagram @dr_lois7.
Postingan dr Lois di akun Instagram @dr_lois7. (Instagram @dr_lois7)

Penelusuran Tribun-timur.com, postingan tersebut sudah dihapus dr Lois.

Namun diposting ulang oleh aktivis Covid-19, dr Tirta Mandira Hudhi di akun Instagram @dr.tirta.

Bukan hanya postingan tersebut.

Sejumlah capture postingan dr Lois diposting ulang dr Tirta.

"Semua postingan bu lois saya jadikan sini, biar ga nyampah. Saya bahas dikit superficial

Akun ig dia ada 3, 1 deactive , 1 dah ga akrif sejak februari , 1 lagi sudah diprivat

1. Slide 1-3 masih didapatkan dari twitternya (masih aktif) tidak nampak unsur hack. Karena beberapa kalo dari awal twit konsisten begini hehe .
Lagipula untungnya apa hack akun ga jelas begini (emoji).

2. Slide 4-6 didapatkan dari facebooknya

Slide 1. Jelas itu hoax, ga perlu di debat, usulan dia mengenai vit c 1 g / jam itu dah ngasal. Bisa rentan membuat kegagalan ginjal. Virus covid19 ada. Di seluruh dunia ada. Dan dibuktikan jelas via jurnal, presentas ilmiah, pasien, gejala klinis, dokumentasi

Slide 2. Bisa banget dijelasin. Semua obat asal diberikan tepat dosis, tepat guna, tidak masalah. Ini materi kuliah dasar di FK.

Bahkan ada web khusus yg mengecek interaksi obat. Metformin anyway sangat berguna untuk diabetes. Dan ini obat sudah menyelamatkan banyak banget penderita diabetes ! Jadi twit ini ngawur

Debat ilmiah merupakan sidang terbuka yg dilakukan dengan pengawasan publik. Sudah disediakan tempat klarifikasi dengan para ahli di IDI.

Sidang terbuka biasa dilakukan untuk meraih gelar s3 dan profesor. Jadi gas tu bu lois. Sekalian gelar prof

Slide 3. Jelas bu lois menantang debat, tapi mengagung2 kan diri, dan membawa beberapa tokoh. Ini sudah dilarang dalam sumpah dokter yakni “mengagunkan diri”

Slide 4-6 indikasi niat membubarkan idi (entah sadar / halusinasi entahlah. Kategori waham delusional


Jika anda fans bu LOIS, cukup suru dia hadir ke kantor pb IDI PUSAT untuk debat ilmiah dan sidang terbuka bareng ahli. Jika dirasa kurang ada @mastercorbuzier siap mewadahi

Kenapa ga di debat dari dulu? Sudah. Oleh @drningz dan prof @ba.tejo dan dr pandu riono (ahli epidemiologi UI) tapi mreka mendapat maki2 an sebagai balesan dan dicap “dokter bodoh” oleh bu lois

Fans nya kalo mau dukung. Ga masalah. Kenapa kami ladenin? Krena info dia sudah sangat bablas bisa bahaya buat pasien apaalgi beberapa resepnya yg ngawur," tulis dr Tirta, Minggu (11/7/2021).

dr Tirta juga meminta dr Lois pertanggungjawabkan pernyataan-pernyataannya.

"Ibu lois, pertanggungjawabkan statement anda

Termasuk postingan ini yg sudah anda delete, tapi sayangnya saya sempet capture

Negara ini menjamin kebebasan berpendapat, tapi tidak untuk seperti ini. Ingat gunakan hak anda secara baik

Buat pihak pihak yg menyiarkan berita kematian akibat interaksi obat yg jelas bohong itu, kami juga sudah capture.

Untuk dimintai pertanggungjawaban jika ibu lois tidak hadir ke @ikatandokterindonesia

Tolong ibu lois hadir ke @ikatandokterindonesia , kami beri kesempatan anda menyampaikan pendapat secara ilmiah

Tolongnetizen, hati2 dalam menyiarkan berita, apalagi kalo sudah false information

:) kasi emot api dulu (emoji)," tulis dr Tirta.

Lalu siapakah dr Lois Owien?

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menjawab hal tersebut.

IDI tegaskan dokter Lois Owien sudah tidak terdaftar dalam keanggotaan IDI.

Terkait hal ini, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) memanggil dokter Lois.

Namun, dalam penelusuran awal, PB IDI menyatakan keanggotaan dokter Lois sudah lama kedaluwarsa di IDI.

"Keanggotaannya sudah lama kedaluwarsa," ujar Ketua Ikatan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Faqih Daeng kepada Kompas.com, Minggu (11/7/2021), dilansir dari artikel Kompas.com dengan judul "IDI Panggil Dokter Lois yang Tak Percaya Covid-19 dan Sebut Pasien Meninggal Bukan karena Virus"

Selain itu, dikutip dari akun Instagram pribadi dr Tirta Mandira Hudhi menyebut bahwa dr Lois tidak terdaftar sebagai anggota IDI.

Di mana, seperti diketahui semua dokter di Indonesia harus tergabung dan terdaftar sebagai anggota IDI.

"Ya memang benar, ibu Lois ini telah mengontak saya. Dan memang menyebarkan info-info yang menurut saya tidak masuk akal.

Ibu Lois ini mengaku sebagai dokter. Setelah dikonfirmasi ke Ketua IDI Pusat dan Ketua MKEK. Beliau mengatakan bahwa dokter Lois tidak terdaftar di anggota IDI," ujar Tirta.

Tirta juga mengatakan bahwa surat tanda registrasi (STR) milik dr Lois sudah tidak aktif sejak 2017.

"Status dokternya dipertanyakan. STR beliau tidak aktif sejak 2017," ujar Tirta.

Seperti diketahui, surat tanda registrasi (STR) merupakan bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan.

Penjelasan ahli

Apakah benar interaksi obat, seperti disampaikan dr Lois, dapat menyebabkan kematian pada pasien Covid-19?

Hal ini dijelaskan oleh Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (11/7/2021).

Prof Zullies menjelaskan bahwa interaksi obat adalah adanya pengaruh suatu obat terhadap efek obat lain, ketika digunakan bersama-sama pada seorang pasien.

"Interaksi obat itu memang sangat mungkin dijumpai. Bahkan, orang dengan satu penyakit saja, rata-rata ada yang membutuhkan lebih dari satu macam obat," kata Prof Zullies.

Terkait pernyataan dr Lois yang menyebut interaksi obat menjadi penyebab kematian pasien Covid-19, Prof Zullies menekankan bahwa tidak semua interaksi obat itu berbahaya atau merugikan.

Karena sifat interaksi itu bisa bersifat sinergis atau antagonis, bisa meningkatkan, atau mengurangi efek obat lain.

"Interaksi obat juga ada yang menguntungkan, dan ada yang merugikan. Jadi tidak bisa digeneralisir, dan harus dikaji secara individual," ucap Prof Zullies.

Pada pasien dengan hipertensi, misalnya.

Meski merupakan satu jenis penyakit, namun terkadang membutuhkan lebih dari satu obat, apabila satu obat tidak dapat memberi efek kontrol pada penyakit tersebut. Seringkali penderita hipertensi menerima dua atau tiga jenis obat anti hipertensi.

"Artinya, ini ada interaksi obat yang terjadi, tetapi yang terjadi itu adalah interaksi obat yang menguntungkan. Tapi tentu, pilihan obat yang akan dikombinasikan juga ada dasarnya, paling tidak mekanismenya mungkin berbeda," papar Prof Zullies.

Kendati demikian, Prof Zullies mengatakan bahwa ketika tambahan obat yang diberikan semakin banyak, maka masing-masing akan memiliki risiko efek samping obat.

Sehingga, hal ini pun akan selalu menjadi pertimbangan dokter dalam meresepkan obat pada pasiennya. Artinya, bahwa dengan semakin banyak obat, maka akan semakin meningkat juga risiko efek sampingnya.

Kapan interaksi obat bisa merugikan?

Lebih lanjut, Prof Zullies mengatakan interaksi obat dapat merugikan apabila suatu obat menyebabkan obat lain tidak berefek saat digunakan bersama, atau memiliki efek samping yang sama.

Seperti obat hidroksiklorokuin yang sempat diajukan sebagai terapi pengobatan pasien Covid-19.

Efek samping obat ini dapat memengaruhi ritme jantung, jika digunakan dan dikombinasikan dengan obat yang juga sama-sama memiliki efek serupa, maka itu akan merugikan.

"Ada juga obat yang memberi interaksi dengan meningkatkan efek dari obat lain. Itu bagus, tetapi kalau peningkatan efeknya berlebihan, maka itu akan berbahaya," imbuh Prof Zullies.

Demikian juga obat untuk pasien Covid-19. Pada pasien Covid-19 dengan sakit ringan, biasanya akan diberikan obat antivirus, vitamin atau obat anti gejala.

"Akan tetapi, interaksi obat-obat ini bisa dihindari dengan mengatur cara penggunaan, misal diminum pagi dan sore, atau mengurangi dosis. Masing-masing interaksi obat itu ada mekanismenya sendiri-sendiri," jelas Prof Zullies. (Tribun-timur.com/ Sakinah Sudin/ Kompas.com/ Djati Waluyo)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved