Mahasiswa Blokade Jalan
Piala Euro Jadi Alasan Ratusan Mahasiswa Unismuh Desak Kuliah Tatap Muka
Piala Eropa menjadi salah satu alasan mahasiswa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, mendesak diberlakukannya kuliah tatap muka.
Penulis: Muslimin Emba | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Piala Eropa menjadi salah satu alasan mahasiswa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, mendesak diberlakukannya kuliah tatap muka.
Hal itu diungkapkan Ketua BEM Ekonomi dan Bisnis, Darmawan yang ditemui disela aksi unjuk rasa di depan kampus mereka, Jl Sultan Alauddin, Makassar, Selasa (6/7/2021) sore.
Menurutnya, pandemi Covid-19 tidak lagi relevan menjadi alasan tidak diterapkannya kuliah tatap muka kembali.
"Di Eropa kemarin, itu sudah terlangsung Piala Euro dan kita lihat bagaimana penontonnya tidak pakai masker kembali. Artinya mereka sudah bersahabat dengan Covid, hidup berdampingan," kata Darmawan.
"Hari ini, kita di Indonesia dibatasi semuanya. Dibatasi bersuara benar, dibatasi berbuat benar," sambungnya.
Alasan lain kata Darmawan adalah, adanya kecenderungan Pandemi Covid-19 dijadikan alat oleh pemerintah untuk membungkam kritikan dunia kampus.
"Kita lihat bersama, kuliah online itu seolah-olah membungkam suara kemahasiswaan, sehingga tidak ada perkumpulan di kampus dan gerakannya dialihkan pada gerakan-gerakan online," ujarnya.
Ia pun meminta agar pemerintah memberlakukan kuliah tatap muka dengan tetap mengedepankan protokol kesehatan.
Sebelumnya diberitakan, Ratusan mahasiswa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) berunjukrasa di depan kampus mereka Jl Sultan Alauddin, Makassar, Selasa (6/7/2021) sore.
Unjuk rasa mahasiswa yang menamakan diri 'Aliansi Unismuh Satu' itu berlangsung dengan aksi bakar ban dan blokade jalan.
Mahasiswa menghadang truk kontainer lalu memalangnya di badan jalan.
Akibatnya, ruas jalan Sultan Alauddin arah Kabupaten Gowa tidak dapat dilalui kendaraan.
Kemacetan panjang pun mengular hingga ke pertigaan AP Pettarani.
Dalam orasinya, pengunjuk rasa menolak kuliah online atau via virtual.
Mereka mengaku bosan mengikuti mata kuliah via daring dan meminta pemerintah segera memberlakukan kuliah tatap muka.
"Kami meminta pemerintah segerah memberlakukan kuliah tatap muka," kata seorang orator dalam orasinya.
Selain itu, mereka juga mengkritisi kepemimpinan Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin.