Citizen Reporter
Tiga Tahun Pengalaman Berharga Kuliah di Rusia yang Penuh Lika-liku, Rindu Sedih dan Sakit!
Tinggal di luar Indonesia telah memberikan pengetahuan besar tentang perbedaan orang Indonesia yang tinggal di negara ini dan yang di luar negeri
Tiga tahun pengalaman berharga kuliah di Rusia yang penuh Lika-liku
Achmad Firdaus Hasrullah SIP MIR
Mahasiswa S2 Higher School of Economics (HSE) University
Melaporkan dari Moskow, Rusia
TRIBUN-TIMUR.COM, MOSKOW - Setelah 3 tahun melanjutkan studi di negara beruang merah, pada tanggal 29 Juni 2021, salah satu terbaik kampus terbaik di Rusia yaitu, Higher School of Economics University, HSE University, Kota Moskow menyelenggarakan wisuda dalam keadaan normal, Sabtu, 3 Juli 2021.
Itulah wisuda digelar secara langsung untuk pertama kalinya pasca Lockdown sejak tahun lalu dikarenakan keadaan yang tidak memungkinkan pada saat itu.
Walaupun hanya sebentar, tetapi rasa bahagia dan bangga pun hadir di acara wisuda ini dan menjadi kenangan bagi para lulusan dan membentuk tradisi yang baik untuk masa depan yang lebih baik pula.

Momen wisuda ini bukan hanya tentang kita sebagai para wisudawan, namun lebih dari itu, wisuda ini juga tentang perjuangan dan restu orang tua yang mengantar kita menjadi diri yang sekarang.
Namun, dibalik rasa bangga dan bahagia itu tersimpan pula beban psikologis, rindu, sedih, dan sakit.
Ribuan kilometer berada jauh dari rumah dan kejenuhan selalu menghampiri, banyak hal yang terasa berat.
Namun, tekad untuk menyelesaikan studi S-2 tentu tetap harus berlanjut.
Belajar di luar negeri menuntut diri menjadi lebih mandiri dari segi akademis dan juga dalam mengatur kehidupan sehari-hari, misalnya mengatur keuangan dan pola makan.
Pada urusan belajar, banyak cerita yang menekankan kalau menjadi mahasiswa internasional harus bisa aktif di kelas.
Dalam hal berkomunikasi sehari-hari, pun terasa berat dikarenakan tidak semua teman bisa berbahasa Inggris dan mengharuskan kami untuk berbicara dalam bahasa Rusia.
Namun, Hal yang penting saat berbicara dalam berbahasa Rusia pun adalah percaya diri, dalam pengalaman pribadi, orang Rusia pun sangat memahami jika kita sebagai mahasiswa asing masih terbata-bata dalam pengucapan atau berbicara dalam bahasa rusia.
Selain wajib membaca bahan kuliah, pentingnya komunikasi perlu dilakukan di kelas dengan percaya diri guna membahas topik yang sudah dipelajari.
Diskusi pun wajib dilakukan bersama dosen dan juga teman sekelas.
Selain itu, saat tugas kelompok juga tidak boleh sama sekali tidak bekerja karena beban pekerjaan sudah diatur sedemikian rupa agar merata dalam satu kelompok dengan teman sekelas.
Belajar di luar negeri berarti juga membawa identitas diri sebagai Warga Negara Indonesia, menjaga nama baik Indonesia sudah menjadi hal yang penting untuk dijaga dengan tidak membuat "hal aneh" dan kriminal.
Tinggal di luar Indonesia telah memberikan pengetahuan besar tentang perbedaan orang Indonesia yang tinggal di negara ini dan yang tinggal di luar negeri.
Melanjutkan studi di Rusia dengan mendapatkan beasiswa dari pemerintah Rusia ini pun sangat menjadi kesempatan untuk belajar di "rumah" pendidikan tinggi dalam sains dan tekhnologi tetapi tidak mau kalah dalam humaniora dan ilmu sosial.
Memilih untuk melanjutkan pendidikan di Rusia menjadi kesempatan belajar di tempat kelahiran beberapa seniman dan penulis paling produktif di dunia.
Mendapatkan beasiswa full dari pemerintah Rusia tidak serta merta semua di biayai oleh pemerintah lewat kementerian pendidikan Rusia.
Sistem beasiswa yang didapatkan oleh penulis hanya bersifat pembiayaan kursus bahasa Rusia selama setahun dan kuliah sampai selama dua tahun.
Namun, biaya tiket pesawat pulang-pergi, biaya hidup, transportasi dan biaya sewa rumah/asrama harus ditanguung penerima.
Hal ini menjadi kekurangan dari beasiswa ini yang mengakibatkan mahasiswa yang menerima beasiswa ini tidak full konsentrasi untuk belajar dan tidak sedikit pula mahasiswa yang mengambil pekerjaan sampingan untuk menghidupi keperluan bertahan di Rusia.
Tidak lupa pula, penulis berterima kasih kepada Rektor Universitas Hasanuddin Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu MA, Bupati Bantaeng Dr Ilhamsyah Azikin Solthan, dan Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan SH MH atas bantuan moril dan materil.
Satu proses panjang telah berhasil penulis lewati, saatnya melangkah maju menuju tantangan terbesar yang lebih menantang.(*)