Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

BEM UI

BEM UI Kritik Jokowi, Begini Respon Mahasiswa Makassar

Aksi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia mendapat perhatian publik.

Penulis: Siti Aminah | Editor: Suryana Anas
TWITTER/@BEMUI_Official)
Unggahan BEM UI di media sosialnya, Jokowi: The King of Lip Service yang menuai polemik.(Via TWITTER/@BEMUI_Official) 

Meski begitu, Imam mengaku akan mengunakan metode atau konsep yang berbeda dari UGM dan UI.

Sejauh ini aksi unjuk rasa turun ke jalan masih dilakukan oleh aktivis mahasiswa di Makassar, khususnya Unhas.  

Turun ke jalan dengan membakar ban baginya adalah terakhir dalam berdemonstrasi, apalagi jika aspirasinya tidak didengar baik oleh sang pemangku jabatan.

 “Untuk bertemu stakeholder apabila kesepakatan tidak terbangun pasti hasil akhirnya akan turun ke jalan,” ujarnya.

Terpisah, Presiden BEM Universitas Alauddin Makassar, Isra Abdi Syamsu, menilai, julukan 'The King of Lip Service' untuk Presiden Jokowi merepresentasikan ketidakpuasan masyarakat selama jokowi menjabat.

"Ini bukan bermaksud menghina bapak presiden tetapi sebagai pengingat bahwa rakyat tidak butuh janji tapi bukti," ujarnya.

Isra mengaku, belum membicarakan lebih jauh mengenai gaya pola kritik  lain untuk pemerintah.

Artinya, eksekutif mahasiswa UINAM masih menggunakan pola lama (bakar ban) dalam menyampaikan aspirasi.

"Tetapi apa yang dilakukan oleh bem UI dan bem UGM menjadi referensi baru dalam mengkritik pemerintah melalui dunia maya,"

Sementara itu, Pengurus Besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Hasan Basri Baso mengatakan turun ke jalan dengan membakar baik menjadi pilihan terakhir dalam berdemonstrasi.

“Ada beberapa tahapan sebelumnya yang dilakukan mulai dari mengkonsumsi isu dengan baik, mewacanakan di media, mengirim surat dialog kepada pemangku jabatan,” ucapnya.

Hasan menjelaskan, aksi turun ke jalan dan bakar ban dalam titik tertentu memang harus dilakukan. Guna menegur pemerintah yang tidak mendengar aspirasi rakyatnya.

Namun miris juga melihat kondisi mahasiswa maupun gerakan mahasiswa lainnya yang tidak lagi gencar mengkritisi kebijakan pemerintah. 

“Banyak teman-teman yang dibenturkan bahwa berdemonstrasi itu adalah hal yang tidak modern lagi,” sebutnya.

Era disrupsi ditambah lagi pandemi covid-19 menurutnya seakan mematikan gerakan  mahasiswa, sehingga mereka tak lagi terbiasa untuk tajam terhadap kewenangan yang tak pro rakyat.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved