Unismuh
Menko PMK Muhadjir Effendy Bahas Covid-19 dan Dana Haji di Unismuh Makassar
Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Prof Muhadjir Effendy bersilaturahmi dengan sivitas akademika Unismuh Makassar.
Penulis: Ari Maryadi | Editor: Suryana Anas
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Menteri Koordinator (Menko) Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Prof Muhadjir Effendy bersilaturahmi dengan sivitas akademika Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar.
Acara yang dihelat terbatas dengan protokol kesehatan COVID-19 ini, diselenggarakan di Lantai 17 Menara Iqra Unismuh Makassar, Kamis malam (10/6/2021).
Dalam silaturahmi ini, Muhadjir datang bersama Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, beserta sejumlah pejabat dan staf khusus Kementerian. Acara silaturahmi ini dipandu Rektor Unismuh Makassar Prof Ambo Asse.
Dalam pengantarnya, Ambo Asse memberikan gambaran pencapaian Unismuh Makassar hingga saat ini.
Secara khusus, ia berharap agar Menko Muhadjir berkenan meninjau Rumah Sakit Unismuh Makassar yang sedang dalam tahap persiapan untuk diresmikan.
Rumah Sakit berlantai delapan itu dibangun di atas lahan 5.000 meter persegi, di Jl Tun Abdul Razak, Kabupaten Gowa.
Muhadjir mengapresiasi kemajuan yang dicapai Unismuh Makassar.
Guru besar Universitas Negeri Malang itu berharap kampus ini dapat semakin memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan nasional, khususnya Sulawesi Selatan.
Menko PMK ini menyampaikan beberapa isu-isu aktual yang saat ini menyedot perhatian publik, seperti COVID-19 dan penggunaan dana haji.
“Saat ini perkembangan kemajuan teknologi sangat canggih. Mulai dari artificial intelligence, virtual reality dan lain-lain. Termasuk kehadiran smartphone, kadang membuat kita lupa dengan Tuhan. Makanya Allah juga menurunkan virus yang canggih. COVID-19 ini juga masih terus dipelajari oleh ilmuwan dari seluruh dunia,” jelasnya, dalam rilis yang diterima Tribun Timur Jumat (11/6/2021).
Saat ini, kata Muhadjir, COVID-19 terus bermutasi. Ada mutasi India, ada Eropa, dan lainnya. Bahkan ada jenis COVID-19 yang mutasinya sudah tidak terdeteksi meskipun diperiksa dengan tes swab sekalipun. “Saat diperiksa, negatif. Padahal COVID sudah menyerang paru-paru,” lanjutnya.
Oleh karena itu, Muhadjir berharap penerapan protokol kesehatan tidak dianggap remeh. Semua yang dilakukan manusia saat ini, seperti Vaksinasi sekalipun, baru merupakan salah satu ikhtiar manusia, meskipun belum memberikan jaminan keamanan sepenuhnya.
Menurut Muhadjir, posisi Indonesia dalam penanganan COVID-19 sudah cukup baik. Indonesia saat ini berada di peringkat 20 dunia. Ia menceritakan, Pemerintah mengambil kebijakan harus dengan cepat, sementara COVID-19 ini belum jelas referensi penanganannya.
“Semua negara di dunia belum ada yang dapat dikatakan berhasil melawan Corona. Bahkan Cina sekalipun, masih mengambil kebijakan Lockdown di beberapa kota,” katanya.
Selain bahaya dari aspek kesehatan, katanya, COVID-19 juga memiliki dampak ekonomi yang besar.