Kasus Gantung Diri Dusun Koppe Bone
Penjelasan Wakil Dekan I Psikolog UNM Terkait Tingginya Kasus Bunuh Diri di Bone
Sebanyak enam kasus bunuh diri terjadi di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam kurun waktu Januari hingga Juni 2021.
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Sudirman
TRIBUNBONE.COM, BENGO - Sebanyak enam kasus bunuh diri terjadi di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel) dalam kurun waktu Januari hingga Juni 2021.
Penyebabnya karena depresi dan alami gangguan jiwa.
Terbaru seorang pria bernama Tamir (49) nekat mengakhiri hidup dengan gantung diri di ruang tamu rumahnya di Dusun Koppe, Desa Lili Riawang, Kecamatan Bengo dengan tali rafia.
Jasadnya pertama kali ditemukan oleh anaknya bernama Hafiz berusia 11 tahun sepulang dari sekolah pukul 09.00 Wita.
Wakil Dekan Akademik Fakultas Psikologi Universitas Negeri Makassar (UNM), Eva Maizara Puspita Dewi mengatakan depresi itu gangguan kejiwaan.
Orang merasa sedih, putus asa bahkan ingin mengakhiri hidupnya.
"Ujung dari depresi itu adalah bunuh diri. Kalau orang sudah bunuh diri artinya depresinya sudah berat banget," katanya Senin (7/6/2021).
"Biasanya itu tidak berlangsung tiba-tiba, sebenarnya sudah lama. Bukan dua tiga hari," ujarnya.
Kata Eva, ciri-ciri orang depresi beragam sebelum mengarah ke bunuh diri. Diantaranya tidak mau makan, tidak bisa tidur, anti sosial.
Dilain sisi, lingkungan sekitar tidak peka dalam membaca kondisi tersebut, sehingga bisa sampai tahap depresi berat mengakibatkan bunuh diri.
Menurut dosen psikologi UNM ini, orang yang mengalami depresi butuh orang untuk membantu menyelesaikan masalahnya.
"Orang seperti itu butuh teman bicara, teman yang bisa mensupport. Butuh orang untuk selesaikan masalahnya, tapi terkadang tidak dia tidak temukan. Makanya mengakhiri hidupnya dianggap lebih cepat menyelesaikan masalah," jelasnya.
Maka dari itu, kata Eva, peran keluarga sangat penting dalam mengatasi depresi seseorang.
Selanjutnya dibawa ke psikiater untuk memberikan obat agar dia tetap merasa tenang.
"Harus keluarga proaktif. Bisa juga konsultasi ke psikiater ada obat anti depresan. Kalau minum obat ini merasa moodnya bagus. Tidak terlalu sedih, bisa tidur enak, makan enak," terangnya.
"Psikiater dulu kasih obat. Bagus moodnya baru kita bisa bicara. Kalau langsung ke psikolog, dia tidak mau membuka diri, karena masih dalam gangguan otak karena pikiran belum stabil," pungkasnya.
Laporan Kontributor TribunBone.com, Kaswadi Anwar