Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun Luwu Utara

TRIBUN WIKI: Sejarah Rongkong Luwu Utara, Pemimpinnya Disebut Tomakaka

Rongkong merupakan sebuah kecamatan di pegunungan Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Penulis: Chalik Mawardi | Editor: Sudirman
TRIBUN-TIMUR.COM/CHALIK
Suasana Desa Rinding Allo, Kecamatan Rongkong, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. 

TRIBUNLUTRA.COM, RONGKONG - Rongkong merupakan sebuah kecamatan di pegunungan Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

Selama ini Rongkong dikenal sebagai wilayah adat.

Saat ini Rongkong terdiri dari tujuh desa, yakni Limbong, Rinding Allo, Komba, Kanandede, Marampa, Minanga, dan Pengkendekan.

Wilayah Rongkong tepat berada di "jantung" Pulau Sulawesi.

Sekitar 60 km sebelah barat Masamba, ibu kota Luwu Utara.

Dengan ketinggian kurang lebih 800-1.500 meter dari permukaan laut (mdpl).

Tomakaka Rongkong, Bata Manurun sekaligus Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tana Luwu menjelaskan sejarah Rongkong.

Menurut dia, Tana Rongkong adalah taktisan Kerajaan Luwu.

Menurut sejarah atau kada tianna artinya sejarah ini harus di turun temurunkan hingga tidak dilupakan bagi anak cucu keturunan bangsawan Rongkong (Tomokaka).

Rongkong ini asal mulanya iyalah Lamarancina To Rongkong.

Menurut sejarah, Lamarancina ini adalah sepupuh punna wara (Sawerigading) dan menurut sejarah tujuh puluh sepupu di Luwu termasuk Sulsel dan Tenggara.

Rongkong sejak dulunya tana yang bersejarah begitu indah di kelilingi hutan rimba.

Puncak-puncaknya rimbun menghijau, udaranya nyaman, hawanya sejuk, suasananya damai dan penduduknya cukup.

Perkampungannya berada di atas tanah-tanah ketinggian atau gunung.

Rumahnya pun serasi (satu model) lalu penduduknya pula seiya sekata.

Makanannya pun cukup hingga bunyi lesung tidak putusnya siang dan malam.

Adatnya pun bagus, pemimpinnya pun jujur hingga penduduknya teratur baik.

Bila di waktu pagi masing-masing orang ke kebun dan sawahnya.

Bila di waktu sore masing-masing kembali dari tempat kerjanya menuju rumah masing-masing.

Bagaikan pelangi kelihatan corak warna pakainnya dan lengkap dengan pakaian adatnya.

Misalnya mababu, massasang, masumpe, maborong, masongko lawu dll.

Diandaikan burung-burung riang-riang terbang kesana kemari mencari makan bersiul-siul dan bergembira dengan penuh kebebasan.

Rongkong ini mempunyai pemimpin (bangsawan) yang dikatakan Tomakaka.

Itulah pemimpinnya yang berdampingan dengan Datu Luwu (Raja Luwu).

Setiap ada kesulitan-kesulitan yang dihadapi Raja Luwu dulunya, bangsawan Rongkong lah bersama dengan pengikut-pengikutnya di harap untuk menyelesaikan.

Masyarakat adat Rongkong diketahui telah berada di wilayah Tana Luwu sejak abad ketiga.

Komunitas masyarakat adat Rongkong awalnya berdomisili di wilayah dataran tinggi.

Atau pegunungan Berana, tepatnya di kaki puang Rongkong Tana Masakke to Tana Lalong.

Rongkong asal kata dari marongko yang artinya rahmat atau anugrah tuhan yang maha esa.

Masyarakat adat Rongkong hingga kini masih mempertahankan adat dan budaya leluhur mereka.

Dengan tetap mempertahankan gelar Tomakaka bagi tau atau orang yang dituakan.

Tomakaka adalah cikal bakal marang cina torongkonge.

Sebutan gelar tau toa, sementara marang cina torongkonge adalah orang yang dipertuan agungkan atau raja.

Sebutan Rongkong adalah asal kata marongko.

Dimana makna dari marongko adalah rahmat atau anugerah.

Hal ini terlihat dari kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Rongkong.

Kebesaran nama Rongkong, dapat dilihat dari banyaknya situs purbakala serta benda-benda peninggalan sejarah leluhur masyarakat adat Rongkong yang tersebar di Tana Luwu.

Salah satunya adalah batu situs burbakala dan gua kerajaan peninggalan leluhur tau Rongkong yang berada di pegunungan Barana atau kaki puang Rongkong di wilayah Luwu Utara.

Rongkong yang memiliki kawasan hutan yang membentang laus, masih utuh ditumbuhi pepohonan yang beraneka ragam.

Salah satunya adalah pohon agatis dalam populasi yang sangat banyak dan di manfaatkan sebagai sumber ekonomi penduduk setempat sampai sekarang ini.

Dan yang sangat menarik karena kawasan hutan ini di huni berbagai jenis satwa liar salah satunya adalah anuang.

Walaupun Tana Luwu atau Bumi Sawerigading telah dimekarkan menjadi tiga kabupaten plus satu kota.

Namun masyarakat adat Rongkong yang tersebar di Tana Luwu masih tetap mempertahankan tradisi adat leluhur mereka.

Potensi sumber daya alam Rongkong sangat banyak.

Antara lain emas, biji besi, dan juga masyarakat adat Rongkong sampai hari ini masih menjadikan rotan, madu, dan damar sebagai salah satu mata pencarian selain bertani dan berkebun.

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved