Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Rubrik Opini Tribun Timur

Perspektif Change Management Penerapannya di Pemkot Makassar

Dari bagan Makassar Recover yang disosialisasikan nyaris tidak perangkat pemkot (baca: OPD) yang akan terluput dalam implementasinya.

Editor: AS Kambie
dok.tribun
AM Sallatu 

Perspektif Change Management Penerapannya di Pemkot Makassar
Oleh: AM Sallatu
Koordinator Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Prof Marsuki DEA meviralkan simpulan delapan langkah change management karya John Kotter, Guru Besar Harvard Business School, di salah satu group WA, mungkin dengan pertimbangan untuk berbagi wawasan bahwa substansi ini menjadi sebuah kebutuhan dewasa ini, termasuk di jajaran pemerintahan.

Baik karena perubahan merupakan hal yang pasti selalu terjadi, maupun karena terjadi akibat perubahan kepemimpinan.

Karena itu, sebagai seperangkat tools pemikiran teoritik kiranya bisa digunakan untuk mencermati perspektif perubahan di Pemkot Makassar.

Dalam sekitar dua tahun terakhir intensitas perubahan cukup tinggi, sudah tiga pejabat walikota silih berganti sebelum akhirnya walikota dan wakil walikota difinitif dilantik untuk masa bakti lima tahun ke depan.

Artinya, baik jajaran pemkot maupun masyarakat luas menantikan akan terjadi perubahan lebih lanjut yang terstruktur dan tertata sehingga efektif dalam mencapai kinerja penyelenggaraan pemerintahan.

Sepintas tampak jelas bahwa mengelola perubahan sejatinya membutuhkan konseptualisasi arah dan substansi yang akan dituju dan kerangka implementasinya.

John Kotter menyimpulkan delapan langkah penting, yaitu:

1. Tawarkan perubahan yang dibutuhkan melalui dialog untuk membangun momentum. 2.  Bangun kerja sama berbagai dari pihak yang dapat mendukung perubahan

3. Tawarkan visi yang mempertegas tujuan dan hasil perubahan yang akan mampu dicapai

4. Komunikasikan secara efektif agar senantiasa mengemuka dalam pikiran, baik bagi implementor maupun bagi yang berkepentingan

5. Kelola dengan baik setiap kendala dan hambatan yang muncul agar upaya bisa berhasil-guna

6. Tunjukkan setiap keberhasilan awal yang dicapai karena merupakan media meneguhkan momentum perubahan

7. Ketika  hasil awal sudah terlihat, akselerasikan aspek-aspek perubahan berikutnya hingga wujud visi menjadi kenyataaan

8. Arus kuat perubahan penting dilembagakan agar prilaku dan kesuksesan organisasi menjadi bisa terbarukan dan terlembagakan.

Dengan seperangkat langkah ini, jelas bahwa keberhasilan penerapannya ditentukan oleh, sebagai sufficient conditions, hadirnya partisipasi serta berperannya sejumlah champions dalam formasi tim.

Dengan demikian, kepemimpinan organisasional yang efektif merupakan necessary condition, bukan kepemimpinan komando dari pucuk pimpinan.

Pucuk pimpinan akan lebih berperan sebagai enabler bagi perangkat organisasi yang akan mengeksekusi, disamping sebagai penentu arah dan pengendali pencapaian tujuan perubahan.

Oleh karena itu, masalah komunikasi menjadi kunci keberhasilan lainnya dalam konsep manajemen perubahan ini, baik tujuan komunikasi internal maupun komunikasi eksternal yang akan menjangkau pemangku kepentingan.

Konseptualisasi manajemen perubahan yang akan diimplementasikan sejatinya tidak hanya ada dibenak segelintir orang, bahkan agar bisa menjamin efektifnya koordinasi pelaksanaan diperlukan konsep operasional yang tertulis sebagai acuan yang akan dipedomani secara teknikal dan praktikal.

Konseptualisasi yang dimaksud akan dibasiskan pada nalar mengapa perubahan dibutuhkan dan hasil apa yang akan mampu diperoleh.

Basis berpikir inilah yang selanjutnya akan dijabarkan kebijakan dasar dan strategi pencapaiannya sesuai dengan arahan visi perubahan.

Itu berarti, konseptualisasi yang dipersiapkan bukan hanya berkenaan dengan hal-hal yang bersifat teknikal dan praktikal belaka.

Sejauh ini Pemkot Makassar sudah menyosialisasikan seperangkat konsep berpikir dengan memilih jargon Makassar Recover.

Bila dicermati, nampaknya visi perubahan yang ditawarkan adalah berkenaan dengan ecosystem.

Kedua istilah asing, recover dan ecosystem, semoga saja sejak dari jajaran perangkat implementatornya sudah memiliki batasan yang jelas dan tegas, termasuk kesulitan menemukan istilah yang berbahasa Indonesia, agar tidak lagi menimbulkan multi interpretasi dalam pelaksanaannya.

Hal ini patut diketengahkan, karena dalam banyak pengalaman di daerah ini, terutama bila melibatkan perangkat pemerintahan secara luas, pengaruh kesektoralannya ikut berpengaruh pada pemahaman dasarnya, bahkan termasuk bila menggunakan bahasa Indonesia sendiri.

Contoh klasiknya adalah istilah perwilayahan komoditas, yang bahkan ada saja perangkat pemerintahan saat itu yang masih sulit menemukan posisi dan kepentingan lembaganya dalam konsep tersebut.

Dari bagan Makassar Recover yang disosialisasikan nyaris tidak perangkat pemkot (baca: OPD) yang akan terluput dalam implementasinya.

Tim Walikota yang dibentuk dan terdiri dari kalangan akademisi yang mumpuni tentu saja perlu berpikir dan bekerja keras, baik dalam konseptualisasi rumusan perubahan yang akan ditawarkan oleh setiap OPD maupun dalam kaitan rentang kendali sekian banyak OPD tersebut.

Sejauh yang bisa dipahami dari bagan konsep, nyaris semuanya berkenaan hal-hal yang bersifat teknikal baik untuk imunitas kesehatan, untuk adaptasi sosial maupun untuk pemulihan ekonomi.

Kesemuanya ini tentunya yang akan di-cover kembali menuju terciptanya ecosystem yang diharapkan mewujud ke depan.

Bila konsep perubahan John Kotter ingin digunakan misalnya, maka tawaran perubahan seperti apa yang bisa dianggap sebagai momentum awal dalam imunitas kesehatan, adaptasi sosial dan pemulihan ekonomi, sebagai langkah pertama.

Langkah pertama ini besar pengaruhnya untuk mengonsolidasikan baik sumberdaya manusia dan kelembagaan maupun logistik yang akan berperan dalam implementasi nantinya, pada langkah kedua.

Bila memang benar bahwa ada wujud perubahan ecosystem yang dituju, maka gambaran kemanfaatannya perlu dipertegas dan diperjelas akan mendukung lancar dan suksesnya proses perubahan, pada langkah ketiga.

Selanjutnya, wawasan dan konseptualisasi perwujudan ecosystem melalui upaya recover, sebagai langkah keempat, penting secara berkelanjutan diulang-ulang dan dipertegas sosialisasinya, agar selalu segar dalam pikiran segenap perangkat yang terlibat.

Memang pengalaman memperlihatkan bahwa pada umumnya sosialisasi wawasan dan konseptualisasi yang berlangsung diawal implementasi saja.

Dengan anggapan taken for granted akan sepanjang waktu diingat dan dipahami.

Pengalaman memperlihatkan bahwa itu tidak valid, karena itu patut untuk diingatkan tentang faktor lupa.

Dengan demikian pada langkah kelima, secara kontinyus pula setiap kendala dan hambatan yang muncul bisa dikelola secara baik.

Menurut konsep John Kotter, pada langkah keenam, penting agar selalu mampu menunjukkan catatan perkembangan hasil yang dicapai, demi untuk terus meneguhkan momentum perubahan yang masih terus berproses.

Sedang pada langkah ketujuh, setiap hasil dicapai, hasil berikutnya penting diakselerasi hingga mencapai wujud yang diinginkan dan jangan justru upaya dikendurkan.

Dan akhirnya, pada langkah kedelapan, bila arus kuat perubahan sudah terbentuk, maka saatnya untuk melembagakannya, karena itu berarti ecosystem yang terwujud akan mewarnai prilaku dan kesuksesan upaya perubahan, menggantikan apa yang ada sebelumnya.

Tulisan ini bukan untuk menggurui kepemimpinan, tim pendukung serta perangkat pemerintahan Pemkot Makassar yang sejatinya sudah sangat mumpuni, melainkan sekedar sebagai ecademic exercise untuk memperlihatkan relevansi keilmuan dan kepentingan serta kebutuhan empirik di sekitarnya.

Apalagi  konseptualisasi yang lebih operasional bahkan sudah diimplementasikan.

Meskipun masih tertinggal, yang masih ditunggu oleh masyarakat luas terutama di tingkat akar rumput di kota ini, bila hasil perubahan di Makassar mewujud, apa kemanfaatan nyatanya bagi mereka secara lebih terukur.(*)

Parepare, 17 Mei 2021

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Angngapami?

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved