Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Makassar Recover

Wawancara Imajiner: Makassar Recover, Lakekomae?

Jangan sampai kinerja program Makassar Recover ini masuk kategori ‘selera tinggi, tapi kepuasaan rendah’

Editor: AS Kambie
dok.tribun
AM Sallatu 

Untuk penerapannya, dalam perspektif perencanaan, nampaknya menganut sistem cetak biru. Dimana nantinya akan bisa hadir dua kendala pokok.

Pertama, sistem cetak biru ini menggunakan wawasan pemecahan masalah. Dalam dunia nyata, pada saat implementasi pemecahan masalah, umumnya batasan masalah akan juga berubah, sehingga semua upaya pemecahan menjadi tidak memadai atau tidak efektif memecahkan permasalahan yang dirumuskan sebelumnya. Dalam kondisi seperti ini biasanya aparat pelaksana akan kesulitan melakukan penyesuaian.

Kedua, langkah-langkah implementasi dalam cetak biru sudah ditata dan disusun lebih dahulu, hal ini bisa dicermati dari bagan program Makassar Recover.

Tata urut dan susunan yang sudah dipersiapkan sering berhadapan dengan kompleksitas implementasi yang secara nyata terjadi di lapangan.

Kekakuan yang seperti itu, jalan keluarnya adalah pemberian kewenangan teknis yang bersifat diskresi, tetapi tetap bisa mengundang masalah pengendaliannya. Bila dicermati pada bagan program Makassar Recover ini, terlihat cukup mudah dan sederhana penataannya, tetapi perlu diingat sering tidak akan semudah untuk mewujudkan dalam penerapannya. Mungkin itulah sumber keraguan saya.

Kalau begitu, kita masuk pada pertanyaan terakhir, seputar konsep berpikir. Bagaimana Anda memahami program Makassar Recover?

Tersosialisasikan bahwa ada tiga substansi program Makassar Recover, yang saya sebutkan tadi.

Mari kita coba cermati, apakah sub-program imunitas kesehatan itu sama sekali tidak ada atau tidak bisa dikaitkan, tidak bersangkut paut dengan sub-program adaptasi sosial dan sub-program pemulihan ekonomi.

Pada intinya antara satu sub-program dengan sub-program lainnya, substansi kegiatannya masing-masing pasti ada yang beririsan.

Setidaknya, dalam implementasi sejumlah kegiatan mungkin ada sumberdaya dan logistiknya yang bisa disinkronkan. Hal ini mudah dicermati dari activity trees masing-masing sub-program yang tercermin dalam bagan program MR, sejumlah OPD yang terlibat dalam sejumah substansi program yang terkait.

Artinya, program Makassar Recover ini adalah suatu kesatuan yang utuh, bukan penjumlahan dari ketiga sub-programnya. Jadi nampaknya tertinggal pemikiran integratifnya.

Saya membayangkan bila setiap OPD membentuk semacam satgas, panitia atau apalah namanya untuk mengelola pelaksanaan kegiatan sub-program di tempat kerjanya, betapa akan sangat banyak jumlahnya.

Dalam kaitan inilah yang saya maksud adanya potensi kebocoran-kebocoran dalam implementasi konsep berpikir program Makassar Recover. Hal ini kiranya perlu diingatkan karena pola pikir dan prilaku ANS termasuk di Pemkot Makassar belum terstandardisasi akuntabilitas kinerjanya. Jangan sampai kinerja program Makassar Recover ini masuk kategori ‘selera tinggi, tapi kepuasaan rendah’.

Ya tetapi kita harus berharap yang terbaik dari Program Makassar Recover ini, kan? Nah apa yang menjadi closing statement Anda?

Ya, tentu saja kita harus doakan agar bisa mencapai hasil yang terbaik. Mengapa semua hal diatas saya kemukakan, karena dalam teori pemecahan masalah, sebelum merumuskan substansi dan struktur pemecahan. Kita diminta untuk mengadakan analisis situasi, disamping analisis masalahanya sendiri.

Analisis situasi lah yang akan memberikan keyakinan tentang tingkat keberhasilan pemecahan masalahnya.

Dalam hal ini, yang saya maksud adalah tentang situasi working environment, pola pikir dan prilaku ASN dan sebagainya. Masih diawalnya saja Walikota sudah mengeluh, lewat media massa lagi.

Manajemen program Makassar Recover ini perlu terbuka, untuk mengundang partisipasi terutama pemangku kepentingannya.

Matahari mulai meninggi, ketentuan untuk tidak tidur setelah Salat Subuh sudah terpenuhi. sudah bisa istirahat tidur lagi.(*)

Parepare, 17 Mei 2021

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved