Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

AGH Sanusi Baco Wafat

14 Mei 2021; Kala Plt Gubernur Minta Infus Gurutta Sanusi Baco Dicabut dan Gendong Bayi Baru Lahir

Anregurutta Haji M Sanusi Baco Lc (1937-2021), masih bercengkerama dengan cucu-cucunya di ruang tengah keluarga, Jl Kelapa Tiga nomor 31, Ballaparang

Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
HUMAS SETPROV SULSEL
Plt Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman saat menemui Ketua MUI Sulsel, AGH Sanusi Baco di Masjid Raya, Makassar. 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Tulisan ini merupakan sambungan dari seri tulisan sebelumnya Bedside Patient Monitor Sudah Datar; Ternyata AGH Sanusi Baco Mimpi Bertemu Gurutta Ambo Dalle

Jumat sore, 2 Syawal 1442 Hijriah atau 14 Mei 2021.

Anregurutta Haji M Sanusi Baco Lc (1937-2021), masih bercengkerama dengan cucu-cucunya di ruang tengah keluarga, Jl Kelapa Tiga nomor 31, Kalurahan Ballaparang, Rappocini, Makassar, Sulawesi Selatan ( Sulsel ).

Ketua Majelis Ulama Indonesia atau MUI Sulsel ini, sepertinya enggan melepas menimang cucu bungsunya, anak dari putra kelimanya, Dr M Taufik Sanusi MA Lc.

Taufik menggambarkan, saat itu masih suasana Idul Fitri.

Hampir semua cucunya berkumpul.

Masih banyak kerabat, sahabat, murid, dan pejabat yang datang.

Kondisi Abah masih fit, seperti saat 1 Syawal 1442 H, sehari sebelumnya.

Gurutta mengeluh lambungnya sakit.

"Saya habis makan anggur, lalu makan jeruk, dan minum teh," begitu keluhan Gurutta, kepada Taufik.

Lalu gurutta pun muntah.

Tiap makanan atau minuman yang masuk keluar lewat rongga mulut depan.

Akhirnya, diputuskan untuk diinfus.

Memasukkan cairan nutrisi dalam tubuh, dengan jarum suntik injeksi di punggung tangan kanan.

"Abah masih sempat salat Magrib. Saya yang imam," ujar M Irfan Sanusi (52), si putra sulung.

Gurutta kembali menasihati anak cucunya untuk jangan pernah menyakiti hati orang, berlaku lembut, dan jangan meninggalkan shalat lima waktu, dan memanfaatkan sebaik mungkin momen 10 hari terakhir Ramadan.

Gurutta juga menyinggung kembali ceramah tarwihnya di Malam ke28, 29 dan 30 Ramadan di Masjid Raya.

Rangkaian Kisah Spiritualitas Saat AGH Sanusi Baco LC 2 Kali Sakit hingga Wafat 3 Syawal 1442 H

Dalam ceramahnya, Gurutta mengingatkan agar memanfaatkan momen 10 hari terakhir Ramadan untuk ibadah sebanyak mungkin, agar dosa-dosa dihapuskan laiknya anak bayi yang baru dilahirkan ibunya, gufira lahu ma takaddama min zanbihi, ka yaumi waladthu ummu.

Usai Magrib, kabar datang. Mobil dinas Plt Gubernur Andi Sudirman Sulaiman sudah parkir di depan rumah.

Cairan infus masih terpasang.

Gurutta mengeluh, lambungnya perih, muntah, semua makanan dan minuman yang masuk juga dikeluarkan lewat rongga mulut.

Dokter rumah sakit M Faisal, dokter dari RS UIN Alauddin, dan RS Primaya Hospital ditelpon untuk datang melihat kondisi Gurutta.

Melihat tangan punggung tangan gurutta membengkak, Plt Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman menyarankan, jarum infus dicabut.

Saran dr Bambang Budiono SpJP FIHA FAPSIC FSCAI, spesialis jantung dan penyakit dalam di RS Primaya Hospital dan RS Awal Bros Makassar, menyarankan besok (Sabtu 15/5/2021) pagi, Gurutta dibawa ke ICU Rumah sakit untuk diobservasi awal.

Nah, pagi harinya, Sabtu (15/5/2021) tim dokter memutuskan, melalukan tindakan medis, berupa bedah ringan di bagian perut depan, untuk melonggarkan lambung yang mengecil.

Usai tindakan medik, Gurutta buang air besar.

Pesesnya kehijauan dan tak menyengat.

"Agak hijau-hijau, seperti peses anak balita saya yang masih dua bulan," ujar Dr Taufik.

Lalu seorang kerabat bertanya, ke suster perawat, biasanya kalo orang banyak diinfus warnanya kehitaman.

Namun dua putra Gurutta, M Afief dan M Taufik, mulai mengingat kesungguhan Abahnya beribadah di 10 hari akhir Ramadan, agar dosanya ibarat anak bayi yang baru lahir.

Dan sorenya, Guruttta pun bermimpi bertemu almarhum putranya, M Ahmad Anzar Sanusi, yang meninggal pada 2 tahun lalu.

Menjelang Magrib, setelah bercengkerama dengan putrinya, Wardah Sanusi, Afief dan Tabsyir, serta cucunya, Gurutta meminta air wudhu.

"Elokka majenne (saya mau ambil air wudhu)," kata Gurutta.

Setelah shalat dalam posisi berbaring, tak lama kemudian Gurutta dikonfirmasi meninggal dunia.

Ustad Arafah, dosen STAIN Sorong dan santri DDI Mangkoso, menceritakan di malam 29 Ramadan 1442 Hijriah, dia melihat rona muka Gurutta bercahaya laiknya bayi dan menggemaskan.

"Gurutta jalan ke arah mimbar dengan tersenyum, tidak pakai tongkat dan tidak dipapah. Jalannya tegap seperti jalannya Gurutta Faried Wajedi," ujar Ustadz Arafah.

Saat itu, Guruttta menunaikan salat isya berjamaah, ceramah dan ikut salat tarwih 20 rakaat dengan posisi duduk di bagian depan.(*)

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved