Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

TRIBUN TIMUR WIKI

Baju Koko Ternyata Berasal dari Tui-Khim, Apa Itu? Begini Awal Mulanya

peneliti sejarah JJ Rizal menyebutkan baju koko berasal dari tui-khim, pakaian sehari-hari pria Tionghoa.

Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Waode Nurmin
INTERNET
Ilustrasi baju tui-khim (kiri) dan baju koko (kanan). 

TRIBUNTIMURWIKI.COM- Bagi umat muslim di Indonesia tentu tak asing lagi dengan baju koko.

Baju yang kerap digunakan saat hendak shalat ataupun ke Masjid ini dari tahun ke tahun selalu memberi trend tersendiri dalam dunia fesyen tanah air.

Jika wanita pada umumnya selalu mengenakan baju gamis ataupun kaftan dengan berbagai model untuk pakaian muslimnya.

Berbeda dengan laki-laki di Indonesia, baju koko diidentikkan dengan Baju Muslim kaum pria.

Dilansir dari Kompas.com, tak heran jika menjelang Lebaran, baju ini selalu laris dicari pria.

Ada masanya baju ini hanya dipakai pria ketika beribadah di masjid atau untuk merayakan momen Lebaran. Tetapi sekarang baju koko sering terlihat dikenakan di acara pesta. Modelnya pun semakin beragam.

Sebenarnya, dari mana asal mula baju koko?

Seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com pada 31 Mei 2018, peneliti sejarah JJ Rizal menyebutkan baju koko berasal dari tui-khim, pakaian sehari-hari pria Tionghoa.

Masyarakat Tionghoa sering kali memadukan busana tui-khim dengan celana yang panjangnya hingga mata kaki.

Hingga awal abad ke-20, para pria Tionghoa yang tinggal di Indonesia menerapkan busana tui-khim dengan celana panjang semata kaki untuk kegiatan sehari-hari.

Lambat laun, baju tui-khim juga digunakan oleh warga pribumi seiring membaurnya masyarakat Tionghoa dengan pribumi.

Sementara menurut David Kwa, pengamat budaya Tionghoa, tui-khim juga dipakai di kalangan masyarakat Betawi dan dikenal dengan sebutan baju tikim.

Kwa menyatakan bahwa ciri-ciri baju tikim sama seperti baju koko.

Diduga, awal mula istilah "koko" muncul karena pria Tionghoa yang menggunakan baju itu disebut engko-engko, yang dalam bahasa Indonesia berkembang menjadi koko.

Di tahun 1911, sejak berdirinya Perhimpunan Tionghoa di Hindia Belanda, baju tui-khim dan celana komprang mulai ditinggalkan. Para pria China diperbolehkan mengenakan pakaian Belanda.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved