Sejarah yang Tak Terlupakan dari Tenggelamnya Kapal Titanic, 6 Penumpang Tionghoa Selamat
lebih dari seratus tahun lalu, delapan orang pria Tionghoa berangkat dari rumahnya dan keluarganya untuk bekerja di industri perkapalan
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Waode Nurmin
TRIBUNTIMURWIKI.COM- Sejarah dunia mencatat tentang tenggelamnya kapal Titanic.
Tentunya, berita ini menghebohkan seantero dunia.
Bagaimana tidak, sebuah kapal mewah yang baru saja dioperasikan perdana harus menerima nasib naas.
Korban pun berjatuhan dan sangat sedikit yang diselamatkan.
Namun, dalam kisah nyatanya pada saat peristiwa naas tersebut ada sebuah sejarah yang terlupakan.
Dilansir dari Kompas.com, lebih dari seratus tahun lalu, delapan orang pria Tionghoa berangkat dari rumahnya dan keluarganya untuk bekerja di industri perkapalan yang berkembang.
Namun mereka belum sadar bahwa akan menjadi "catatan kaki" dalam sejarah: penyintas bencana laut paling terkenal di dunia, tenggelamnya Titanic.
Kapal yang digembar-gemborkan sebagai kapal yang tidak bisa tenggelam pada saat itu, bertabrakan dengan Gunung Es dan tenggelam, menewaskan 1.500 penumpang di dalamnya.
Saat ini sebuah dokumenter baru yang berjudul The Six sudah mengungkap apa yang terjadi pada enam orang Tionghoa yang jadi penyintas, dan mengapa ceritanya tetap tersembunyi selama bertahun-tahun.
"Bagi banyak keluarga China di antara diaspora China tersebar di seluruh dunia, ada perasaan yang sepenuhnya dapat dimengerti bahwa ini adalah cerita yang seharusnya tidak diangkat ke permukaan," kata sutradara Arthur Jones.
"Kerahasiaan itu adalah pilihan terbaik karena mereka menghadapi banyak diskriminasi. Mereka harus menutupi cerita seperti ini agar mereka bisa hidup di negara-negara ini," sambung Arthur.
Dengan satu tiket, para pria itu menuju pantai timur Amerika Serikat (AS), yang sedang booming karena mogok batu bara di Inggris.
Bertekad untuk tidak dibanjiri oleh para pendatang baru, AS memberlakukan Chinese Exclusion Act, yang membatasi pergerakan pekerja.
Menurut Arthur, ini berarti bahwa enam penyintas dipindahkan dengan cepat setelah operasi penyelamatan.
"24 jam kemudian, mereka langsung dikirim ke kapal di mana mereka akan bekerja, tanpa peduli bahwa mereka sebenarnya baru saja mengalami trauma dan karenanya harus dikasihani," katanya.
