Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mukjam Ramadan

Kenapa Sebutannya Harus Utuh Sahru Ramadan?

ALLAH Azzawajallah mengenalkan frasa "شهر رمضان" (bulan Ramadan) saat Rasulullah Muhammad SAW baru 2 tahun menetap di Yastrib

Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Edi Sumardi
TRIBUN TIMUR/THAMZIL THAHIR
Ilustrasi 

Thamzil Thahir; Editor in Chief Tribun Timur

ALLAH Azzawajallah mengenalkan frasa "شهر رمضان" (bulan Ramadan) saat Rasulullah Muhammad SAW baru 2 tahun menetap di Yastrib, 451 km dari tanah lahirnya, Mekkah.

Usia Nabiyullah kala itu masih 51 tahun atau 10 tahun sebelum wafatnya, 632 Masehi.

Semenjung Arab kala itu mulai transisi menuju musim panas, di bulan kesembilan.

Suhu malam hari lembap menusuk.

Hembusan angin siang menyengat.

Rasa haus selalu menagih.

Bibir mulai gampang memecah.

Itu hari Senin bulan Syaban tahun 2 Hijriyah atau 1.440 tahun silam.

Kaum Jahiliyah menamai bulan itu dengan Aziil.

Bulan kedelapan dalam Taqwim Qomariyah.

Sahru Ramadan dikenalkan Tuhan beberapa hari jelang masuknya hilal bulan kesembilan.

Sahru Ramadan adalah satu-satunya istilah yang digunakan Tuhan secara spesifik dan utuh dalam menamai satuan periode 30 hari.

Dari total 6.665 ayat lain di 114 Surah Alquran, kata 'Sahru Ramadan' hanya digunakan di ayat ke-183 surah Sapi Betina itu.

Pun kata Sahr Ramadan tak pernah diulang lagi oleh Sang Maha Pencipta.

Turunan kata Sahr masih diulang 14 kali, 12 dalam bentuk nomina (kata benda), dua kali dalam bentuk verba (kata kerja).

Tapi tidak dengan Ramadan.

There is the only one.

Sejatinya, di surah At Taubah ayat 3, Allah SWT menggunakan kata jamak Sahr; untuk menyebut empat bulan haram lainnya, namun tidak se-spesifik "Sahru Ramadan".

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah 12 bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya 4 Bulan Haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta mereka yang bertakwa (QS:9;4).

Oleh Nabi, sahabat, tabiin dan taabiiin; ke-4 Bulan Haram itu disepakati; Muharram (1), Rajab (7), Zulqaidah (11) dan Zulhijjah (12).

Sebelum masa keRasulan Muhammad, penamaan bulan bukanlah merujuk "BERAPA" melainkan "APA".

Contohnya: kelahiran Muhammad, dinamai Tahun Gajah. Ini untuk mengabadikan serangan pasukan ratusan gajah dari Raja Abraha ke Mekkah; (Surah Al Fiil)

Belum ada formula khas; elite Quraish dan kaum Jahiliyah masih menggunakan paduan kalendar syamsiyah/ Matahari (sebelum Isa Al Maseh) dengan kalendar qomariyah/ bulan.

Sistem penanggalan baku Islam (taqwim hijriyah) baru ditetapkan 7 tahun pascawafatnya Rasulullah dan Khalifah i, Abubakar Asshiddiq RA.

Inisiatornya Khalifah ke-ii; Umar bin Khattab RA setelah bermusyawarah dengan Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan sahabat lain di tahun ke-17 hijrah Nabi ke Yasrib (Madinah).

Bulan Ramadan adalah nama bulan ke-9.

Penamaannya langsung dari langit, bukan dari Nabi atau kesepakatan sahabat.

Merujuk kekhasan itulah, Nabi menyeru umatnya menyebut utuh Bulan Ramadan.

Tidak memisahkannya dari Sahr.

Melalui Hadits rujukan Wakii, Ibn Jurair dari Mujahid, Rasulullah bersabda; .." Janganlah kamu (hanya) menyebut Ramadan. Karena sesungguhnya kau tak tahu pasti (apa isi kemuliaan) Ramadan. Itu karena nama Ramadan dari nama Allah Assawajallah. Sebutlah utuh Sahr Ramadan, sebagaimana Allah menyebutnya begitu.."

(وأخرج وكيع، وابن جرير، عن مجاهد قال: لا تقل: رمضان. فإنك لا تدري ما رمضان، لعله اسم من أسماء الله عز وجل، ولكن قل: شهر رمضان كما قال الله عز وجل)

Bukan cuma kekhususan nama belaka, pahala Bulan Ramadan juga langsung diganjar Allah untuk hamba-hamba penunainya;
Hadis riwayat Bukhari nomor 1904 dan Nomor 5927 serta hadis riwayat Muslim Nomor 1151; Nabiullah mengkonfirmasikan pahala tak terhingga amalan bulan Ramadan;

Setiap amalan kebaikan manusia dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan; semisal hingga tujuh ratus kali lipat.

Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi pepuasa mendapatkan 2 jenis bahagia; bahagia kala berbuka dan bahagia kala berjumpa Rabb-Nya. Sungguh bau mulut pepuasa lebih harum di sisi Allah dibanding aroma wewangian kasturi.”

Selamat menunaikan makan Sahr Ramadan. #menjajalSahrRamadan #mukjamRamadan (*)

Tabaria, 2 Ramadan 1442 H/ Rabu, 14 April 2021.

MUKJAM RAMADAN: Orang asing atau non-Arab diistilahkan Mu'jam (atau Mukjam) dalam percakapan sehari-hari Bangsa Arab. Orang baru yang perlu adaptasi juga disebut Mu'jam. Mu'jam secara istilah kitab atau buku panduang dan pengampu ribuan bahkan ratusan ribu kosa kata, dan bentuk perubahannya, pengertian khusus, sistematis, dengan metode, dan konteks penggunaannya. Kolom ini mengulas konteks penggunaan kata dalam ayat-ayat Ramadan.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved